📜 26.00

48 15 0
                                    

TUNG TUNG TUNG

Bukan suara Es Tung-tung, melainkan suara kunci pagar yang terus di detingkan oleh lelaki yang masih setia berdiri di salah satu rumah disana.

"Permisi!" Teriaknya dengan suara khasnya  yang sudah sedikit serak—karena terlalu banyak berteriak sebelum ini.

"Irene! Permisi, Bunda!" Lagi, kembali dirinya bersuara dengan tangannya yang tak henti mengguncangkan kunci pagar. Kali ini sedikit keras.

Ck. Sejenak lelaki itu bertopang pinggang, sembari menelisik lebih dalam area perkarangan rumah besar itu menggunakan kedua mata jeli-nya.

Sebenarnya ada orang tidak sih di rumah itu? Mengapa panggilannya tidak kunjung mendapat balasan? Atau paling tidak jika tidak mau menerimanya, suara pintu terkunci juga sudah membuat dirinya lega bukan main.

Sehun, lelaki itu mengambil ponselnya yang berada di kantung celana. Dirinya mengutak-atik sebentar, sembari menunggu barang kali ditengah sibuknya dengan yang lain, akan ada yang keluar membukakan pintu pagar untuknya.

"Permisi, nak." Kini ada seorang wanita paruh baya menghampiri Sehun dengan wajah jenaka nya yang melihat Sehun dengan tatapan khas nya.

Mendapat sapaan tiba-tiba itu membuat Sehun berjengit kecil, sebelum akhirnya mendongak dan menatap wanita didepannya dengan bingung.

Diberikannya satu alis terangkat sebagai balasan untuk sapaan wanita itu.

"Mencari Yujin ya?" Tanya Wanita itu ramah ke Sehun yang sekarang menatapnya cengo.

Namun, dua detik kemudian dirinya mengangguk semangat sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantung celana.

"Seratus buat ibu! Ibu tau ga dimana Tante Yujin sama anaknya?" Serbu Sehun semangat. Tak dipedulikannya jika pada saat dirinya berbicara, ada badai yang menyembur karena saking semangatnya.

Wanita itu tersenyum, dirinya mengeratkan sejenak kantung belanjaan yang sempat ingin terjatuh, sebelum kembali menatap Sehun yang masih setia menunggu balasannya.

"Yujin dan anaknya pergi dari pagi kemarin." Balas wanita itu.

Senyum Sehun seketika terbit, dirinya membuat tatapan harapan yang kentara sekali jika dilihat dari matanya yang memancarkan puppy eyes.

Biasanya itu dilakukan Sehun jika sedang datangnya clingy pada Irene dan menuntut meminta sesuatu agar di kabulkan. —kilas balik masa lalu, huuu

"Ibu tau kemana Tante Yujin perginya? Ada ngerumpi ga sama tetangga?" Saking menggebunya, lelaki itu tidak sadar sedari tadi berbicara benar-benar persis mengikuti gaya pikirnya tanpa perlu di saring dulu.

Wanita itu terkekeh pelan, sejenak dirinya terdiam kemudian tak lama dari itu mengangguk tipis.

"Kebetulan saya nyimpen alamat tujuan Yujin itu, kamu mau?" Tawar wanita itu. Dan tak butuh waktu lama untuk mendapat persetujuan dari lelaki itu.

Sebab, dirinya kini tanpa malu malah menyodorkan tangannya seperti meminta dengan segera.

Memang ya, kalau orang sedang jatuh cinta bisa membuat gila seperti ini. Ups, memangnya lelaki brengsek itu mengenal cinta?

"Ikut saya! kebetulan saya taruh di rumah." Wanita itu mengajak Sehun yang sudah kepalang semangat 45 itu untuk kerumahnya.

Diajak seperti itu, adakah Sehun menolak? Sudah tentu tidak! Bahkan dirinya dengan suka rela menawarkan wanita paruh baya itu untuk menaiki mobilnya agar cepat sampai, padahal nyatanya rumah wanita itu hanya berjarak satu rumah dari rumah Irene.

SOMEONE 2 | HUNRENE Where stories live. Discover now