Part 12

85 15 2
                                    



Suara getar ponsel didalam tas membuyarkan lamunanku, dengan malas ku masukkan tanganku untuk merogoh ponselku yang sedari tadi ku abaikan.

ku lihat nama seseorang pada layar ponsel dan cepat-cepat ku jawab.

"Heh, kemana aja lo? Gue tungguin juga. 

Gue udah balik, kelamaan sih lo.. 

Pokoknya lo utang maaf sama gue, liat aja gue bikin miskin lo entar" Omel tara. 

"Tt-ttolongin gue ra" kataku terbata dengan suara lemah

"hah?lo kenapa ka" tara merendahkan nada bicaranya

"gue sekarang di Rumah Sakit, lo kesini ya" jawabku pelan

"LL..looo kenapa ka?" dapat ku dengar jika tara mulai khawatir

"nanti gue ceritain, sekarang lo bisa kesini kan?"pintaku..

Untuk saat ini aku benar-benar butuh teman, dan tara adalah satu-satunya nama yang ku ingat dan kubutuhkan disaat-saat seperti ini. selama ini hanya dengan tara aku bisa membagi segala hal. termasuk rasa kecewa dan kesedihanku. aku tidak tau orang lain, selain ayahku bagiku hanya tara yang bisa ku percaya.

30 menit kemudian tara tiba di Rumah sakit, dan orang yang ku harapkan tidak pernah tau tentang  masalah ini justru datang bersama tara.

Tara melihatku didepan IGD dan langsung berlari memelukku,Dia menangis begitupun aku yang sedari tadi sudah menahan perasaan kalutku.

Disaat bersamaan seorang petugas medis keluar dari ruang IGD dan meminta wali dari marco untuk mengurus administrasi karena marco akan segera dipindahkan ke ruang perawatan intensif.

ayahku pun langsung mengikuti arahan petugas meninggalkan aku dan tara yang masih duduk dibangku depan IGD.

"kok lo bawa ayah sih ra?" kataku kesal

" lo mau gue bawa siapa?mama-papa lagi keluar kota" jawab tara ikut kesal

"lagian kenapa sih lo bisa sampe kaya gini? babak belur nggak karuan.

 ini juga, darah siapa ka?

gue takut banget waktu denger lo lagi di Rumah sakit.." tara mengomel khawatir dengan sisa isakan dalam suaranya sambil membolak-balik wajahku ke kanan dan ke kiri .

aku hanya diam, karena memang aku tak punya alasan dan jawaban logis atas pertanyaan tara.

tara menghela nafas, lalu menyandarkan punggungnya pada tembok.

bertanya pada orang yang sedang kalut bukanlah tindakan yang tepat, aku dan tara sudah saling memahami sejak kecil. kami selalu seperti ini jika ada masalah, cukup diam menemani satu sama lain  tanpa banyak bicara dan bertanya yang tidak perlu.karena saat kami mulai tenang dan siap, kami akan bercerita sendiri. 

Ayahku datang kembali setelah menyelesaikan administraasi yang dibutuhkan, lalu kami mengikuti petugas yang membawa brankar marco menuju ruang perawatan,

"pasien baik-baik saja, 

lukanya tidak terlalu dalam dan sudah di jahit, beruntung pukulannya tidak sampai melukai tulang tengkoraknya.

kita pantau lagi beberapa hari kedepan ya, jika tidak ada tanda-tanda serius maka pasien bisa pulang dan berobat jalan saja" jelas dokter yang menangani marco. 

aku sangat lega mendengarnya, jujur aku sempat memikirkan hal mengerikan terjadi pada marco. jika itu sampai terjadi. entahlah, bagaimana aku bisa menghadapinya.

I LOVE YOU,BUT,,Where stories live. Discover now