32. Kunjungan si Cantik

285 22 8
                                    


Keinginan Jata untuk menikmati hubungan bersama dengan cara berbeda tidak berlangsung sesuai harapan. Akibat dituduh sebagai pemerkosa karena memaksakan hubungan seksual pada istri, mau tak mau Jata merenungkan perilakunya selama ini. Disebut tukang paksa sudah biasa. Bahkan semenjak dirinya bisa mengingat dan memiliki teman, julukan itu telah melekat padanya. Akan tetapi pemerkosa? Sungguh menyakitkan. Alhasil mereka hanya tidur bersama setiap malam.

Dua minggu sudah Jata berpuasa. Di samping kegamangan karena tuduhan Puput, pekerjaan kantor pun menuntut tenaga ekstra. Beberapa kali Jata terpaksa lembur hingga malam. Pembangkit listrik yang telah berusia puluhan tahun itu terkadang rewel, minta perhatian lebih. Perilakunya bisa Jata samakan dengan istri manja yang mengambek. Minggu ini, salah satu dari tiga generator berkapasitas masing-masing 10 MW merajuk lagi.

Asrul datang ke ruangannya saat menjelang makan siang. Wajahnya yang lesu jelas menunjukkan bahwa pemuda itu sedang bermasalah. Jata menduga masalah Fitri terus berlanjut.

"Patah hati?" Jata langsung tembak saja.

Asrul menjawab dengan desahan.

"Katanya sudah batal menikah. Kenapa masih suntuk? Kamu tinggal mencari pengganti yang lebih baik."

Asrul mendudukkan diri di depan Jata dengan kasar. Dari mulutnya tercium aroma rokok. Padahal sudah lama Asrul berhenti merokok. Mungkin karena berhentinya dahulu atas permintaan Fitri sedangkan mereka sudah putus sekarang.

"Kalau segampang itu, sudah dari kemarin aku move on, Bro."

Jata terkekeh. Ternyata tidak cuma dirinya yang menanggung masalah pelik. "Kalau gagal move on lebih bagus CLBK[1]."

"Nggak segampang itu juga CLBK, Bro."

"Omonganmu lebih merepotkan dari pantat jamuran," seloroh Jata.

"Kamu sendiri gimana? Istrimu sudah isikah?"

Jata kontan mengatupkan rahang. Melihat Asrul terbahak-bahak, ia menduga Asrul mengetahui rahasianya.

"Jangan-jangan istrimu masih perawan. Tuh, mukamu suntuk terus sejak pulang bulan madu."

Jata membuang muka lantas pura-pura menyibukkan diri dengan komputer. Tiba-tiba, Asrul menoleh ke pintu masuk yang terbuat dari kaca.

"Jat, tuh ada yang mencari kamu. Si cantik dari gedung administrasi. Sebentar lagi dia menjomlo, loh."

Jata mengikuti arah tunjuk Asrul. Napasnya langsung tersekat saat melihat siapa yang tengah berjalan gemulai menuju ruangannya. Tubuh jangkung dengan dada membusung itu langsung membuat gemuruh aneh. Apa yang terjadi dengan dirinya? Bukan sekali ini ia bertemu Wina di kantor. Sebelum menikah dulu kehadiran sang mantan tidak pernah menimbulkan reaksi seperti ini.

Berdebar-debar? Macam remaja jatuh cinta saja, Jata merutuk dalam hati.

"Hey, hati-hati. Nanti kamu kena pelet. Nih minum dulu, biar fokus," saran Asrul seperti tahu isi kepala sahabatnya.

Jata hanya berdecak.

"Kalo kamu banting setir ke Wina, aku boleh mengambil Puputkah?" Asrul terkekeh dengan suara yang sangat aneh.

Kata-kata itu terdengar sangat asing di telinga Jata. Asrul tidak pernah bercanda kebablasan seperti itu. Jata tidak menjawab. Sebuah pensil yang melayang ke badan Asrul sudah cukup untuk menyatakan kekesalan. Tawa aneh Asrul semakin menjadi.

Pintu kaca ruangan dibuka oleh Wina. Begitu wanita muda itu muncul aroma harum memenuhi sekeliling. Aroma itu terasa asing karena tidak mirip dengan parfum biasa. Entah mengapa Jata menjadi ingat dengan bunga sampai yang ditabur di kuburan.

Percobaan 44Where stories live. Discover now