05 - Calon Nenek Kakek

9.5K 960 76
                                    

Ratna sudah tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ratna sudah tiba. Ia lebih dulu masuk sambil membawa tas berukuran besar, sedangkan Fyan membuka pintu bagasi, mengeluarkan satu kardus berukuran sedang. Usai meletakkan benda itu di lantai, Ratna menyuruhnya istirahat sejenak sebelum pulang.

Melisa menyambut kedatangannya. Melihat cara jalannya, juga perut anaknya yang melorot, Ratna tersenyum. Sebagai ibu yang tiga kali pengalaman melahirkan, Ratna merasa kedatangannya sekarang sangat tepat.

"Mama, kok, bawa baju banyak banget? Kan, di sini masih ada," kata Melisa.

"Ini bukan baju mama, tapi baju-baju lama punya kamu waktu masih kecil."

Ratna membuka ritsleting tas itu, membongkar isinya, dan benar, isinya tak lain adalah beberapa dress dan rok anak perempuan. "Dulu waktu mama tahu akan punya anak perempuan, mama sama papa cari baju yang cocok buat kamu. Kalau baju bayi, kan, masih bisa ngelungsur punya abang, kalau baju sehari-hari, kan, nggak bisa. Karena masih bagus, mama simpen, deh. Mama bilang dalam hati, kalau kamu punya anak perempuan, nanti baju ini buat anak kamu. Makanya mama nggak kasih ke Tiara."

Melisa mengambil salah satu rok tutu berwarna pink yang belum memudar walau sudah dimakan usia. Ia pernah melihat dirinya mengenakan rok ini di album foto. Melisa jadi membayangkan Xania sebentar lagi akan memakainya.

"Terus, di kardus itu ada walker anak yang biasanya dipakai buat belajar jalan. Ada dua sebenarnya, waktu itu buat abang kamu. Terus, yang satu udah dibawa ke Jakarta buat Tiara. Tinggal yang ini, deh."

"Makasih, ya, Ma. Ini aja aku udah seneng, kok. Cucu mama juga pasti seneng."

Tangan Ratna tergerak mengusap perut besar anaknya. "Nenek udah nggak sabar mau gendong kamu," ucapnya. Ini serius, Ratna sudah tidak sabar menimang bayi lagi. Dulu, saat Tiara lahir, dirinya tidak kebagian jatah karena jarak jauh, plus tidak enak dengan besan. Sama-sama menyambut cucu pertama. Ratna memilih mengalah karena sepertinya Mutia tidak suka anaknya dipegang-pegang.

"Nanti kalau udah lahir, Mama boleh gendong baby X sepuasnya," kata Melisa menyenangkan hati sang mama. Iya, dulu dirinya menjadi saksi betapa pelitnya si Mutia. Wanita itu benar-benar menguji kesabaran Melisa pada saat itu.

"Tapi, nanti pasti mama rebutan sama papa kamu atau sama mertua kamu."

"Nanti Mel buatin jadwal per jam biar adil," seloroh Melisa. "Ma, tahu nggak, akhirnya aku ngerasain kontraksi. Tapi, tadi kata dokter sama Mbak Ambar itu kontraksi palsu."

"Biasanya kalau udah waktunya emang suka gitu, Mel. Emang kemarin-kemarin kamu belum ngerasain?"

"Belum, Ma. Baru ngerasain setelah dikasih induksi alami sama Mas Candra." Melisa tersipu malu dan untuk kalimat terakhir, dia ucapkan setengah berbisik karena takut Fyan dengar.

Ratna geleng-geleng setelah itu, paham maksudnya. "Dasar. Sekarang kamu udah tahu, kan, bedanya kontraksi palsu sama asli?"

"Udah, Ma. Tadi aku udah baca-baca. Sekarang yang aku rasain emang kontraksi palsu. Kalau duduk begini pasti kerasa, tapi nanti kalau berdiri terus jalan kontraksinya hilang."

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now