62 - Pagi Kelabu

7.5K 1.1K 71
                                    

Melisa terbangun setelah merasakan tekanan di perutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Melisa terbangun setelah merasakan tekanan di perutnya. Saat matanya terbuka sempurna, dia mendapati Xania sedang mencoba berdiri dan menindih tubuhnya sambil mengoceh. Begitu sadar sepenuhnya, dia merasa ada yang janggal. Harusnya Melisa tidak tidur di kamarnya bersama Xania.

Melisa mencoba mengingat kejadian semalam. Seingatnya dia masih di kamar mandi, tertidur di dekat kloset dengan keran menyala setelah lelah menangis. Sekarang dia ada di sini. Pakaiannya juga sudah ganti. Tanpa memecahkan rumus pun Melisa tahu siapa yang melakukannya. Dia yakin Candra berhasil masuk pakai kunci cadangan.

Lantas, ke mana laki-laki itu sekarang?

Perempuan itu perlahan duduk sembari memegang punggung Xania. Setelah itu, Melisa berdiri dan menggendong Xania menuju kamar mandi. Tempat itu kosong. Melisa kemudian beralih ke walk in closet. Membuka lemari. Melisa tidak menemukan navbag di sana. Artinya hari ini Candra terbang.

Ini pertama kalinya Candra pergi tanpa pamit padanya dan tentu saja kekesalan di dada makin jadi.

Masih menggendong Xania, Melisa turun ke dapur. Siapa tahu ada orang lain yang melihat kepergian Candra.

"Mbak." Melisa memanggil Ambar. "Tadi liat Mas Candra?"

"Oh, iya, Mbak. Mas Candra dijemput sekitar jam tiga pagi."

Jam tiga? Berarti laki-laki itu mendapat jadwal penerbangan pagi. Sungguh Melisa tidak habis pikir kenapa Candra tidak membangunkannya? Harusnya bangun tidur enteng, ini malah tambah berat.

"Ya udah, Mbak. Makasih udah kasih tahu."

"Kemarin Xania jatuh, ya, Mbak?"

Melisa mengangguk. "Iya, Mbak."

"Kalau Xania nggak demam sama muntah-muntah, Mbak Mel tenang aja. Berarti nggak ada masalah."

Mendengar itu, Melisa hanya tersenyum kikuk. Sayangnya kejadian itu justru memicu perang dingin antara Melisa dan Candra. Di saat Melisa ingin menghilangkan kepanikan yang melanda, Candra justru menambah beban pikirannya. Melisa semakin khawatir dengan keadaan Xania.

Memang ada benjol sedikit di kening anak itu. Entah kapan munculnya, Melisa baru melihatnya sekarang. Hingga saat ini tidak ada keanehan lain yang muncul. Namun, Melisa tetap akan menghubungi Dokter Mira. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada anaknya.

Melisa naik lagi ke kamar. Dia meraih ponsel yang tergeletak di nakas. Dia akan melanjutkan aksi ngambeknya kalau Candra juga tidak mengirimkan nomor penerbangan. Namun, pesan dari suaminya satu jam yang lalu melunturkan perasaan itu.

Perempuan itu berani menghubungi Candra, tetapi tidak aktif. Akhirnya dia beralih ke flight radar, mengetik nomor penerbangan yang tertulis di pesan singkat. Rupanya Candra masih di udara.

"Baba!"

Melisa meletakkan ponsel ke tempat semula. Perlahan menarik tangan Xania yang masuk ke mulut. "Xania udah laper, ya? Xania mandi dulu, oke?"

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now