71 - Dua Wanita Kuat

6.7K 1K 72
                                    

Candra yang berada di ruangan itu mendengar dan menyaksikan semuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Candra yang berada di ruangan itu mendengar dan menyaksikan semuanya. Saat punggung Melisa tidak terlihat di ujung tangga, lelaki itu mendekati ibunya.

"Ibu kenapa ngomong kayak gitu ke Melisa?" Candra memulainya dengan hati-hati. Padahal sebenarnya dia ingin sekali langsung berteriak bahwa dirinya yang menyebabkan semuanya terjadi.

"Kenyataannya emang gitu, to?"

"Kenyataan mana yang Ibu maksud? Kenyataan kalau Melisa takut gendut makanya nggak mau KB?"

Sarina mendengkus. Memandang anaknya dengan mata tajam. "Kamu itu selalu belain dia, padahal udah jelas dia itu--"

"Aku yang suruh Melisa nggak pasang KB lagi setelah melahirkan." Candra memotong ucapan Sarina. "Ibu nggak tahu apa pun yang ada di dalam rumah ini, tapi Ibu ngomong seolah-olah tahu segalanya. Orang yang sepatutnya disalahkan atas kehamilan Melisa sekarang itu aku, Bu. Kalau malam itu aku nggak ceroboh, pasti Melisa nggak hamil dengan jarak dekat kayak gini."

Baik Sarina maupun Candra tidak ada yang membuka mulut setelah itu. Candra terus berusaha mengendalikan diri agar tidak meledak di depan ibunya, supaya Sarina mau membuka mata dan telinga. Laki-laki itu tidak terima jika selalu Melisa yang disalahkan. Baru tahu Melisa hamil saja Sarina sudah berani berkata seperti itu, apalagi kalau tahu Melisa sedang mengandung anak kembar.

"Sekarang aku ngerti kenapa Melisa ngasih peraturan begitu setelah Ibu datang, karena Ibu nggak paham tentang batasan. Ibu masih nggak bisa dikontrol. Ibu masih mikir jelek tentang Melisa. Ibu nggak inget siapa yang kasih izin Ibu tinggal di sini? Melisa, Bu. Ibu nggak inget siapa yang dulu merawat Ibu di rumah sakit?"

"Lho itu, kan, sudah kewajiban dia buat rawat orang tua. Gantiin kamu yang nggak ada. Jadi kamu sama Melisa nggak ikhlas kalau Ibu ada di sini?"

Selalu seperti itu. Sarina dan pikirannya yang tidak mau kalah.

"Sudahlah, Bu. Terserah Ibu mau mikir gimana. Aku capek ngomong sama Ibu."

Candra yang kehabisan kata-kata memilih meninggalkan ibunya. Entah harus menggunakan bahasa apa lagi agar hati Sarina tergerak. Sepertinya tidak akan pernah berubah kalau dari Sarina sendiri tidak mau melakukan itu.

"Bu, sudah, to. Yang dibilang Mas Candra itu bener. Ibu kali ini aja nurut sama dia." Mbak Lala yang sejak tadi menyimak akhirnya membuka mulut setelah Candra tidak terlihat.

"Ya, kalau mereka nggak mau saya tinggal di sini, saya bisa pergi."

"Ibu lupa kita udah pernah coba, tapi Ibu nggak betah, terus ke sini lagi, to?"

Benar. Sebulan yang lalu Sarina pernah pulang ke rumahnya. Namun, belum ada seminggu, wanita itu balik lagi ke sini gara-gara hampir jatuh di kamar. Alhasil rumah Sarina kini disewakan dan masih dirawat oleh Pak Sarto. Sudah paling benar Sarina tinggal serumah dengan anak dan menantunya. Apalagi di sini Ambar mau turut membantu menemani Sarina jika Mbak Lala sedang pergi.

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now