25 - Rencana Masa Depan

7.2K 845 23
                                    

Candra terbangun ketika menyadari istrinya tidak ada di kasur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Candra terbangun ketika menyadari istrinya tidak ada di kasur. Laki-laki itu mengubah posisi. Matanya tertumbuk pada perempuan yang terlelap dengan posisi duduk sembari memangku Xania. Ia merutuki diri yang tidak sadar anaknya terbangun, padahal Xania tidur di tengah-tengah kedua orang tuanya.

Pertama, Candra membersihkan sisa susu di pipi Xania menggunakan tisu kering, lalu memindahkan bayi itu ke kasur kecil yang terletak di tengah ranjang. Setelah itu, ia hendak mengangkat tubuh Melisa, tetapi perempuan itu membuka mata lebih dulu dan terperanjat.

"Lho, Xania mana, Mas?"

"Udah aku pindahin di kasur." Candra lantas mencium kening Melisa. "Maaf, ya, aku nggak denger Xania nangis."

"Nggak apa-apa, Mas. Aku emang sengaja nggak bangunin. Kasian Mas kemarin malam udah jagain Xania. Tadi Xania nggak mau di kasur. Aku pindah duduk di sini, malah ketiduran. Xania pasti gumoh, ya?"

"Iya, sedikit. Udah aku bersihin, kok."

Tangan Candra terulur menyisihkan anak rambut di wajah sang istri, lalu turun mengelus rahangnya. Mata pria itu tak lepas memandangi wanita yang menemaninya empat tahun ini. Kalau ditanya apakah dirinya bosan, tentu saja tidak. Melisa sudah banyak berkorban dan kemarin baru saja memberikan seorang anak yang lucu.

Bergadang sepertinya akan menjadi drama sepanjang hari sebagai orang tua baru. Durasi tidur Xania masih acak karena belum mengerti siang dan malam. Beruntungnya Candra masih punya jatah libur. Dia bisa gantian dengan Melisa.

"Sekarang jam berapa, Mas?"

"Jam satu, kenapa?"

"Kok, aku tiba-tiba laper, ya, Mas. Tapi, kan, tadi makanannya nggak ada yang sisa." Makan malam tadi, Melisa memesan lewat aplikasi gara-gara malas memasak. Kalau tidak ada Ambar, ya, begini ini.

"Setelah lahiran, kamu belum makan mi rebus lagi, kan? Mau makan?"

Melisa memicing. "Boleh?"

"Kalau kamu makannya sekali, ya, nggak apa-apa. Beda kalau makan satu kardus."

"Ish!" Melisa meninju pelan perut suaminya. "Boleh nggak? Kalau boleh, aku beneran turun sekarang, nih. Udah laper banget."

"Iya, boleh. Tapi, biar aku aja yang masak. Kamu di sini aja jagain Xania."

"Oke. Inget, ya, harus lembek, pakai telur, saus, jangan dikasih minyaknya."

"Siap, Tuan Putri."

Candra segera menyingkir dari tubuh Melisa, beranjak turun menuju dapur. Sementara itu, Melisa masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Setelahnya, Melisa duduk di karpet bulu yang letaknya di depan ranjang, sambil memainkan ponselnya. Sesekali kepalanya menengok ke belakang, memastikan Xania aman di kasur.

Dua puluh menit kemudian, Candra datang dengan membawa nampan berisi mangkuk, segelas cokelat hangat, dan sebotol saus. Melisa tersenyum riang. Akhirnya makan mi lagi setelah selama sebulan lebih makan sayur, daging, dan buah demi ASI berlimpah.

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now