17 - Informasi Baru

7K 916 78
                                    

Lidah pahit, tenggorokan sakit, kepala yang pusing ditempeli koyo di sisi kiri-kanannya, Melisa tetap memaksakan diri untuk makan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lidah pahit, tenggorokan sakit, kepala yang pusing ditempeli koyo di sisi kiri-kanannya, Melisa tetap memaksakan diri untuk makan. Dia tidak mau egois. Sekarang Xania bergantung padanya. Kalau jarang makan, yang ada ASI-nya menipis. Tentu saja makan sambil memegang ponsel. Melisa masih berusaha menelepon nomor Candra.

Sudah mau tiga jam, tapi Melisa belum mendapatkan kabar apa pun. Entah itu dari suaminya, juga dari Hutama dan Sintia. Melisa kian gelisah. Kepalanya terus memikirkan nasib suaminya saat ini. Sebenarnya Candra ada di pesawat itu atau berada di pesawat lain?

Samar-samar telinganya menangkap tangisan Xania di lantai atas. Saat Melisa berdiri dan hendak naik ke tangga, Inayah muncul dengan menggendong Xania.

"Xania nangis terus padahal udah aku gantiin popoknya. Apa dia tahu, ya, aku bukan ibunya?"

Mendengar itu, Melisa justru terbelalak. "Nay, kok, nggak panggil aku? Malah kamu yang gantiin popoknya."

"Ya, nggak apa-apa. Itung-itung belajar buat masa depan. Kamu juga dari tadi neleponin orang terus."

"Sini, sini, kayaknya Xania mau susu." Melisa mengambil Xania dari gendongan Inayah. "Boleh minta tolong ambilin nursing cover di deket box-nya Xania? Takutnya nanti ada orang datang."

"Oke."

Inayah naik lagi dan beberapa menit kemudian muncul dengan membawa nursing cover milik Melisa. Ia lantas membantu temannya mengenakan kain penutup itu. Setelahnya, duduk di dekat Melisa.

"Udah ada kabar, Mel?"

Melisa menggeleng karena mulutnya baru saja diisi daging ayam. Ia menelan makanan itu sebelum bersuara. "Kayaknya ayah sama mami susah dapet informasi. Pasti di sana lagi rame banget, kan? Bayangin aja ada ratusan penumpang yang naik pesawat itu."

"Iya, sih. Dari tadi aku liat di Youtube bandara rame banget."

Jujur saja, Melisa tidak berani melihat berita di mana pun. Bahkan, dia sudah melarang Ambar menyalakan TV untuk sementara waktu. Melisa belum siap mendengar kabar buruk lagi. Berat rasanya. Akan tetapi, hatinya juga diliputi rasa penasaran.

"Udah ada kabar nggak pesawatnya itu jatuh di mana?"

"Ada salah satu tim Basarnas yang nemuin puing pesawat di tengah laut, Mel. Bagian ekor katanya."

Melisa terbelalak. Jantungnya kembali diremas. "Sumpah? Berarti udah fix jatuh?"

"Berdasarkan beritanya, sih, iya. Soalnya udah ada serpihannya gitu."

Melisa menepuk pelan pantat Xania ketika anak itu menggeliat. Sulit untuk fokus menyusui kalau pikiran lagi semrawut begini. Dalam hati dia berharap semoga bukan Candra yang jadi pilotnya. Jatuhnya di laut begitu, pasti akan susah dicari.

Ambar datang dari arah ruang tamu. Di tangannya terdapat kardus berukuran besar. "Mbak, barusan ada kurir datang, terus kasih paket ini buat Mas Candra."

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now