41 - Ketemu Cucu

7.1K 956 25
                                    

Jauh sebelum Candra pulang, Melisa mengutarakan keresahan hatinya pada Ratna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jauh sebelum Candra pulang, Melisa mengutarakan keresahan hatinya pada Ratna. Jujur saja Melisa terus kepikiran setelah Candra mengatakan ingin membawa Sarina tinggal bersama, juga setelah melihat mertuanya sakit dan masuk rumah sakit.

"Ma, aku jahat, ya, nggak ngebolehin ibu tinggal di sini?"

"Kamu sendiri merasanya gimana?"

"Ya, tadinya aku nggak mau satu rumah lagi karena mau hidup sendiri. Selama setahun ini, aku ngerasa tenang. Tapi, satu sisi, Mas Candra punya ibu yang tinggal sendirian juga. Aku bingung, Ma."

Ratna yang tersenyum itu mengelus kepala Melisa. "Mama ngerti banget perasaan kamu. Kalau mama boleh saran, kamu pikirin lagi keputusan kamu itu. Terus jangan lupa ngomongin ke Candra, ya. Kalian harus ketemu titik yang sama biar sama-sama enak. Mama nggak nau kamu melakukan sesuatu karena terpaksa atau kasian."

Atas perkataan itulah, Melisa akhirnya memutuskan untuk mengizinkan Sarina tinggal serumah dengannya. Melisa tidak mau menghalangi Candra yang ingin berbakti kepada ibunya. Pun bisa memantau kesehatan Sarina dari jarak dekat.

Setelah mengatakan itu pada Candra, Melisa mulai memanggil tukang untuk memeriksa kondisi salah satu kamar kosong di lantai bawah. Melisa juga membeli peralatan masak khusus Sarina. Berhubung kulkas di dapur cukup besar, Melisa memberi sekat pada salah satu ruangan untuk menyimpan makanan, minuman, dan buah. Tidak lupa kasur, bantal, dan selimut yang nyaman untuk Sarina.

Kebetulan siang ini Inayah datang ke rumah Melisa. Katanya kangen dengan Xania. Lihat saja sekarang, perempuan itu tidak mau melepaskan Xania dari gendongan.

"Jadi, mertua kamu bakal pindah ke sini?"

Melisa melepas pompa ASI dari payudara sebelah kanan, kemudian menuangkan hasilnya ke dalam sebuah wadah ziplog. "Ya, gitu, deh."

"Kamu udah yakin?"

"Yakin, lah. Soalnya kalau aku yang ke sana bakal ribet. Ibu udah paling bener tinggal di sini karena aksesnya gampang. Di rumahnya, kan, banyak tangga."

"Malah aku yang ngenes kamu serumah lagi sama mertua. Aku takut ada kejadian lagi."

Mendengar itu, Melisa menghela napas. Ya, dirinya juga takut. Kalau misalnya Sarina memanfaatkan situasi ini bagaimana? Tapi, Melisa tidak mau berburuk sangka. Dia harus bisa mengendalikan perasaannya.

"Udah, lah. Nggak ada pilihan lain. Kamu doain aja yang baik-baik."

"Kan, ada panti jompo. Kenapa kamu nggak ambil pilihan itu?"

"Kamu pikir ibu mau? Yang ada ibu sama Mas Candra makin jauh. Malah makin memperparah hubungan mereka."

Melisa mengambil Xania yang merengek dari pangkuan Inayah. Setelah itu, ia mengarahkan botol susu ke mulut mungilnya. Saatnya Xania minum ASI yang Melisa pompa semalam. Selama ini untungnya Xania tidak bingung puting setelah minum pakai dot. Rekomendasi dot yang tidak bikin bingung puting dari Sintia ternyata cukup berguna.

Hi, Little Captain! [END]Where stories live. Discover now