34 - Menguji Kesabaran

6.6K 827 21
                                    

Setelah tubuhnya tertutup pakaian rumah sakit, Melisa baru dibolehkan masuk

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Setelah tubuhnya tertutup pakaian rumah sakit, Melisa baru dibolehkan masuk. Kakinya melangkah mendekati ranjang berisi Sarina. Menyadari ada yang datang, Sarina memiringkan kepala. Namun, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang berdiri di dekat ranjangnya lantaran tertutup masker.

"Ini Melisa, Bu. Mas Candra lagi terbang," kata Melisa. "Apa yang Ibu rasain?"

"Kaki ibu ke mana? Ibu kenapa?"

Melisa tertegun. Dokter tadi sudah berkata kalau Sarina akan kehilangan sebagian koordinasi tubuhnya. Akan tetapi, bagaimana cara mengatakan pada Sarina? "Ibu disuruh istirahat sama dokter. Kaki Ibu nggak apa-apa, kok. Nanti kalau Ibu istirahat sama rajin minum obat, kakinya sembuh."

"Kamu kenapa pakai baju begitu? Kamu jijik sama ibu?"

"Ini ruang isolasi, Bu. Kalau mau ketemu ibu, Mel harus pakai ini."

"Berarti sakit ibu parah?"

"Ya, lumayan. Makanya Ibu nggak usah banyak ngomong dulu."

"Ibu mau pulang aja."

Melisa menghela napas. "Ibu belum boleh pulang. Kalau mau cepet pulang, berarti Ibu harus banyak istirahat. Nurut sama kata dokter."

"Lala mana? Ibu mau sama Lala aja."

"Ya udah, Mel panggil ke sini."

"Emangnya nggak bisa kamu panggil lewat telepon? Ibu nggak mau sendirian."

"Nggak bisa, Bu. Kalau Mbak Lala masuk, aku harus keluar karena cuma dibolehin satu orang yang masuk."

"Makanya ibu mau pulang aja."

Namun, Melisa mengabaikan ucapan Sarina. Ia lantas keluar untuk memanggil Mbak Lala. Sebelum itu, Melisa melepaskan semua APD yang melekat pada tubuhnya, lalu mencuci tangan menggunakan cairan pembersih.

"Mbak, dipanggil ibu, tuh," kata Melisa pada Mbak Lala.

"Saya boleh masuk?"

"Boleh, kok. Kan, cuma jenguk. Kalau nunggu nggak boleh. Nanti kalau ibu tidur, tinggal aja."

"Iya, Mbak."

Mbak Lala kemudian masuk bersama seorang suster, sedangkan Melisa duduk di kursi. Melisa mengeluarkan ponsel, mengabarkan ke Candra kalau ibunya sudah sadar. Beberapa detik setelah terkirim, panggilan suara dari suaminya terpampang di layar. Melisa mengangkat telepon itu sambil menggigit bibir bawah akibat nyeri pada kedua buah dadanya.

"Ibu udah sadar? Gimana kondisinya?"

"Kata dokter belum bisa ditungguin, Mas. Bolehnya dibesuk aja."

"Lho, emangnya ibu sakit apa?"

Melisa memejamkan mata. Selain menahan nyeri, ia juga merutuki diri yang hampir keceplosan. "Nanti kalau Mas udah pulang aku kasih tau. Pokoknya kata dokter itu yang terbaik buat ibu," ucapnya dan tidak sengaja meringis kesakitan. Tentu saja didengar oleh Candra.

Hi, Little Captain! [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن