100 - Bukan Sempurna, Melainkan Terbaik [END]

12.1K 1.2K 205
                                    

Berhubung ini terakhir, ada yang berani kasih banyak komen?

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Berhubung ini terakhir, ada yang berani kasih banyak komen?

2600 word ini. Kalau masih merasa kependekan ya maap 🤧

***

Semua telah direncanakan. Melisa akan melakukan operasi caesar pada minggu ke-34 karena dua bayinya berada di dalam satu kantung ketuban dan satu plasenta. Karena sudah tahu tanggal kelahiran anaknya, persiapan mulai dilakukan, seperti mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke rumah sakit, menghubungi Ratna dan Sintia, dan Melisa istirahat total di rumah. Candra pun masih berani menerima jadwal penerbangan ke luar negeri sebab mengira anak kedua akan lahir sesuai rencana.

Akan tetapi, sayangnya rancangan Allah selalu di luar prediksi manusia. Pada minggu ke-33 alias pagi ini, Melisa merasa pakaiannya basah setelah bangun tidur dan ternyata air ketubannya pecah. Melisa pun dilanda panik lantaran Candra baru saja berangkat ke Sidney dan akan di sana selama tiga hari, sementara Ratna dan Sintia juga belum datang. Akhirnya dibantu Ambar, Lala, dan Tejo, Melisa berangkat ke rumah sakit. Xania ditinggal berdua dengan Sarina. 

Sampai di rumah sakit, Melisa melakukan serangkaian pemeriksaan dan harus puasa. Setelah itu, sebelum dibius, Melisa menghubungi keluarganya, terutama Candra. Tidak lupa meminta doa supaya operasinya berjalan dengan lancar. Sekitar pukul sepuluh pagi, Melisa masuk ke ruang operasi tanpa didampingi siapa pun. 

Setelah perut Melisa dibedah, dokter menunjukkan bayi pertama dengan tangisan melengking. Selang sepuluh menit, bayi kedua lahir tetapi tanpa terdengar tangisannya. Melisa sempat drop karena banyak kehilangan darah sehingga cukup lama berada ruang pemulihan, sementara bayi kembarnya dimasukkan ke inkubator lantaran ada masalah dengan pernapasannya. Melisa juga tidak bisa melakukan inisiasi menyusui dini untuk kedua bayinya. 

Pukul 3.00 sore, Sintia dan Hutama tiba lebih dulu, sedangkan tiga jam kemudian, Ratna datang bersama Ryan. Kondisi Melisa berangsur membaik, sudah dipindahkan ke kamar VVIP. Hanya saja, dia belum boleh bertemu dengan kedua anaknya. Si kembar masih berusaha bernapas menggunakan alat, dipantau oleh dokter anak.

"Xania sama siapa, Nak?" tanya Ratna. 

"Sama Mbak Lala, Mbak Ambar. Mereka pulang setelah mami datang."

"Kamu sendiri gimana?" 

Melisa tersenyum tipis, berusaha menegakkan tubuhnya, tapi akhirnya dibantu Ratna. "Udah mulai cenut-cenut lukanya, tadi sama suster udah dikasih obat. Terus besok pagi, aku udah boleh lepas kateter."

"Kamu udah makan?" 

"Udah, Ma."  

Melisa kembali mengubah posisi tubuhnya saat nyeri datang. Nyerinya memang tidak separah sebelumnya, tetap saja rasanya tidak nyaman.

"Ma, bisa minta tolong cabutin HP aku di nakas. Mau telepon Xania."

"Oke, sebentar." 

Ratna mendekati nakas, mencabut ponsel dari pengisi daya, kemudian melangkah lagi ke arah ranjang Melisa. Begitu ponsel di tangannya, Melisa mengucapkan terima kasih. 

Hi, Little Captain! [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ