13 : The Visit

50 11 19
                                    

Nuansa POV

Mama berteriak histeris saat aku memberi tahu kalau mas Aksa sudah melamar mbak Lian. Dia sempat ngomel, kenapa tak satupun dari kami yang merekam kejadian tersebut

"Ya mana sempet ma. Kita semua pada mangap gitu pas  kejadian. Mas sih nggak ngasih tau mau ngelamar mbak Lian" Aku memukul bahu mas Aksa. Dia tersenyum sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya

"Jadi, kapan mau di resmiin?" Tanya mama penuh semangat

"Masih lama ma, mungkin 4 tahun lagi"

Papa kaget "What?!! Lama banget itu mah"

"Ya gimana dong. Aku nggak mau terlalu maksain Pa" mas Aksa menyeruput kopinya
"Aku juga baru kerja, ngumpulin modal dulu lah"

"Alaaah, kalo resepsi itu masih tanggung jawab papa" kata Mama. Papa langsung melotot ke Mama

"Habis itu? Emang nggak perlu modal? Buat bikin rumah, beli mobil" canda mas Aksa

"Belajar hidup susah dulu dong, kalian pikir dulu Papa sama Mama langsung begini apa" ucap Papa

"Lian udah ngerasain susah Pa, aku nggak mau bikin dia susah lagi"

"Aaaaaaa so sweeeeet" ucapku kompak dengan Jevan. Andai aku bisa mendapatkan cowok se romantis mas Aksa

"Gini aja deh, pas kamu wisuda, malemnya kita adain pesta kecil-kecilan. Ngerayain pertunangan kalian. Sekalian pertunangan kamu juga" ucap Mama sambil menoleh ke arahku

Tenggorokan ku tercekat saat itu juga, aku langsung menolak

"Nggak ah, siapa juga yang mau tunangan"

"Ya kamu sama Samudra lah"

"Samudra kecelakaan loh Ma" Jevan mulai beraksi dengan ghibahnya

"Hah kecelakaan gimana?"

"Jatoh pas tanding basket tadi, tangannya patah"

"APAAAAA?!!" Mama langsung mencari-cari ponselnya hendak menelpon Samudra

"Jangan lebay lo ah, tangan siapa yang patah, orang cuma keseleo doang" ucapku memukul belakang kepala Jevan

"Anjrit! Kalo gue nggak lulus-lulus, gue salahin lo ya, sering banget mukul kepala gue"

"Lo nya aja yang bego" ucapku sambil mencibirnya

"Waaah ni bocil ngajak ribut" Jevan langsung berdiri, menggulung lengan bajunya berpura-pura ingin menghajarku. Aku langsung berlindung di balik Papa

"Hallo Sam sayang" kami semua menoleh pada Mama, ternyata dia betul-betul menelpon Samudra

"Tangan kamu patah?"
"Ooo"
"Hah retak? Trus gimana?"
"Kamu sama siapa dirumah?"
"Apa mau nginep disini aja?"
"Biar Jevan yang jemput"
"Oke, ditunggu ya"

Aku dan Jevan melotot ke arah mama
"Apa-apaan ma!" ucapku histeris

"Kasian dia sendirian dirumah, nggak bisa ngapa-ngapain itu. Van, jemput Sam sana"

"Why me?" Protes Jevan sambil memegang dadanya.

Kak Juna berjalan mengendap-endap ke kamar, sedangkan mas Aksa pura-pura menelpon mbak Lian

"Juna nggak bisa di ganggu, Aksa juga. Kamu kan nganggur, sana pergi!" ucap mama sambil mendorong Jevan

"Cil, ayok ah"

"Iiih ogah. Abang aja yang pergi"

"Kamu juga pergi!" Perintah mama

Aku merutuki mulut Jevan yang kelewat ember

Catatan Mimpi [END]Where stories live. Discover now