49 : Finally

53 10 24
                                    

Aksa POV

Aku meremas jari-jariku yang terasa membeku, sesekali aku mengibas-ngibaskannya. Padahal hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu tapi entah kenapa jantung ini rasanya mau meledak.

Tok...tok...tok

Aku menoleh ketika pintu dibuka.

"Udah siap belom?" Tanya Jevan. Anak itu ternyata sudah memakai setelan jas nya.

Aku mengangguk.

"Jangan malu-maluin lo, jangan belibet ngomong" ucapnya sok menasihati.

Aku tertawa dan tidak lupa menepuk punggungnya. "Ntar akan tiba giliran lo nyet"

Jevan ikut tertawa.
.
.

Aku mengangguk saat Jevan hendak membuka pintu menandakan aku siap memasuki ruangan.

Saat pintu dibuka, semua orang berdiri sambil bertepuk tangan, aku melihat papa, mama, tante Clara, om Eko dan semua keluarga besar kami. Ada Dirgantara yang sedang memegang ponsel, aku yakin dia sedang berkomunikasi dengan Nuansa dan Arjuna sekarang. Aku melambaikan tangan padanya.

Aku berjalan menuju altar lalu menghadap ke semua tamu yang hadir tidak lupa membungkuk memberi salam. Jevan masih setia berdiri disampingku.

Sekali lagi aku menghembuskan nafas kuat-kuat, Tuhan... Aku harap yang aku lakukan ini untuk pertama dan terakhir. Sungguh rasanya tidak enak berdiri di hadapan banyak orang dengan jantung yang berdetak sangat cepat, seolah-olah ingin meloncat keluar rasanya.

Iringan musik berubah, temponya yang tadi mengalun agak riang, kini mengalun pelan.

Tiba-tiba pintu terbuka, dan itulah dia, permaisuri hatiku, hidup dan matiku. Berjalan pelan dengan gaun putihnya yang sederhana, tapi tidak melunturkan kecantikannya. Dia menggandeng kedua adiknya di kanan kiri.

Matanya hanya tertuju padaku dengan senyum menghiasi wajahnya. Seketika semua kenangan masa lalu terlintas dibenakku. Deliandra, gadis yang sudah ku kenal sejak kecil, tapi pertemuan intens kami terjadi saat masa SMA, dia gadis yang dingin walaupun banyak laki-laki yang mendekatinya tapi entah kenapa hanya aku yang bisa membuatnya bersikap ramah. Deliandra yang selalu menemaniku di setiap kegiatan, tidak banyak bicara, hanya tetap berada disampingku.

Dan mulai hari ini, dia akan selalu berada di sampingku.

Airmataku mengalir, dengan cepat aku menghapus airmataku.

"Gue bilang jangan malu-maluin elah" Jevan menyodorkan sapu tangan, aku tertawa sambil mengangguk-angguk.

Rev dan Cend menyerahkan tangan Deliandra kepadaku untuk aku genggam. "Now, she's yours" ucap Rev.

Kami berdiri berhadapan, mengucapkan janji setia kami.

“Saya memilih engkau Deliandra Parmitha Lynn menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya, Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."

Lalu Deliandra mengucapkan janji yang sama.

“Saya memilih engkau Aksa Pradhika menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya, Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."

Jevan menyerahkan sepasang cincin lalu aku memasangkannya ke jari manisnya, begitu pula sebaliknya.

Aku menatapnya sambil tersenyum, kami berdua tersenyum. Aku bisa melihat ia berusaha menahan air matanya.

Catatan Mimpi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang