WARNING!! 🔞
SEBENARNYA TIDAK ADA ADEGAN YANG VULGAR HANYA SAJA TIDAK COCOK UNTUK USIA DI BAWAH 18TH YA.. JADI BIJAKLAH DALAM MEMBACA!
Nuansa, putri bungsu dari 4 bersaudara. Mempunyai 3 kakak laki-laki yang "ajaib" tapi sangat menyayanginya.
Mempun...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ada yang kangen Jevan?
_________________________________________
Jevan POV
Malam ini suasana di taman komplek agak sepi. Aku hanya melihat beberapa orang yang lewat, tapi tidak banyak yang memasuki area taman.
Aku melempar bola ke arah ring, dan masuk!!. Aku mengejar bola basket yang hampir keluar lapangan, lalu menuju ke bangku untuk mengambil hoodie ku.
Lumayan lelah juga karena sudah lama tidak bermain basket, aku harus mengajak anak-anak yang lain kalau weekend.
Tapi apa bisa? Aksa pasti lebih memilih berduaan dengan Lian, Samudra juga pasti pergi kencan dengan Nuansa. Arjuna punya jadwal kerja yang tidak menentu, Cend dan Dirga pasti sibuk di cafe. Satu-satunya yang bisa di ajak cuma Rev. Aku tertawa miris..
Saat aku akan memakai hoodie, aku mendengar ada suara tangisan, seketika bulu kudukku merinding. Aku melihat ke sekeliling dan akhirnya mataku tertuju pada satu sosok yang sedang berjongkok sambil menangis.
Aku menghampirinya
"Rania?" Ucapku. Dia anak tetangga, sekitar lima rumah dari rumahku.
Gadis itu mendongak, matanya terlihat sembab "Jevan.." ucapnya. Aku menghela nafas, anak ini padahal masih bocah, lebih kecil dari Nuansa, bisa-bisanya dia hanya memanggilku hanya dengan nama saja.
Aku ikut berjongkok di sebelahnya "kenapa nangis?"
Gadis itu terisak, lalu tangisnya pecah "huaaaaaaaa" anak ini malah memelukku.
Aku melihat ke kiri dan kanan "woy jangan nangis, ntar disangka aku yang bikin kamu nangis" ucapku sambil mengguncang bahunya
"Jevan.."
"Apa?"
Rania menunjuk ka arah tanah "tadi nggak sengaja ke injek"
Aku mengikuti arah yang ditunjuknya, ada bangkai kodok yang sudah gepeng, seperti bekas terinjak.
"Dari tadi kamu nangis gara-gara kodok?" Tanyaku tidak percaya.
"Aku pembunuh Van huaaaaa" tangisnya pecah lagi
Aku takjub, anak ini berapa umurnya? Setahuku dia SMA kelas dua atau tiga, entahlah.