32 : Good Bye

43 8 19
                                    

Arjuna POV

Aku mengeluarkan bajuku satu persatu dari dalam lemari dan memasukkannya ke dalam koper.

Ini sudah jalan yang paling baik. Pada akhirnya aku lebih memilih menjauh, daripada hatiku semakin sakit. Bohong kalau aku bilang akan bahagia jika melihat Nuansa bahagia tapi bukan karena aku.

Aku mengambil selembar kertas dan menulis sesuatu untuk Nuansa, aku tidak akan sanggup menemui gadis itu. Dia pasti akan menangis.

Setelah menulis surat dan memasukkannya ke dalam amplop, aku mendengar pintu kamar diketuk.

"Boleh masuk?" Jevan berdiri di depan kamarku.

Aku mengangguk.

Anak itu melihat koperku yang sudah terisi penuh dan menghela nafasnya "Ini salah Jun.."

"Iya, gue tau"

"Maksud gue, lo nggak harus pergi"

"Tapi ini yang terbaik"

Jevan lalu duduk di atas kasur sambil bersila "kenapa gue nggak peka dari dulu, lo nggak harus menanggung semuanya. Apa guna gue?"

"Guna lo? Hmmm happy virus" jawabku sambil tertawa.

"Gue serius"

"Itu serius, terkadang kalau ngumpul, gue suka lupa kalau kalian bukan sodara kandung gue"

"Berarti sampai sekarang lo juga nggak pernah anggap gue sodara lo Jun"

"Kenyataannya emang begitu"

"Brengsek lo" ucap Jevan sambil tertawa.

Kami terdiam cukup lama sampai Jevan memulai pembicaraan kembali.

"Lo bakal balik kan?"

Aku tidak bisa memberikan jawaban pasti, aku hanya tersenyum dan menyerahkan surat yang aku buat tadi kepada Jevan "tolong kasih ke Nuansa"

Jevan mengambil surat tersebut "yakin nggak mau ketemu dulu sama dia?"

Aku menggeleng "gue takut Van. Takut dia gue bawa kabur hahaha"

"Bangke! Gue serius goblok"

Tawaku mereda "nggak apa-apa kok, titip peluk dia buat gue"

Jevan menghembuskan nafasnya "sepi lagi rumah"

"Bakar aja dapur mama"

"Njirr"

"Oiya Van, bilang ke Nuansa gue berangkat ke korea malam ini. Gue nggak mau dia nyariin ke mess"

"Oke"
.
.
.

Aku turun menuju ruang tengah, aku melihat mama dipeluk papa. Mata mama masih sembab akibat menangis.

Aku berlutut di hadapan mereka, menangis di pangkuan mama "maafin aku ma ,pa. Aku belum bisa membalas kebaikan kalian"

"Ngomong apa kamu. Kami nggak ingin apa-apa dari kamu Arjuna. Mama sama papa cuma mau anak-anak bahagia. Udah itu aja"

Papa mengelus kepalaku "tapi kenyataannya kami salah, salah satu diantara kalian ada yang tidak bahagia. Dan itu kamu, anak istimewa kami"

Aku mengangkat kepalaku menatap papa "Pa..."

"Maafin papa karena udah nampar kamu tadi"

Aku menggeleng "itu bukan salah papa"

"Janji untuk pulang Arjuna" ucap mama

"Pulang setelah kamu siap" sambung papa.

Aku mengangguk sambil menciumi tangan mereka untuk terakhir kalinya.

Catatan Mimpi [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora