39 : My Fiancé and My Brother

41 9 10
                                    

Author POV

Jevan pulang bersama Rania, suasana terasa begitu canggung. Sesekali Jevan melirik Rania melewati kaca spion.

"Kalau kamu nggak nyaman, kenapa nggak dianter mbak Lian aja tadi?" Ucap Jevan memecah keheningan.

"Yang rumahnya deket kan kita, ngapain ngerepotin orang lain"

Jevan terdiam. Kenapa Rania jadi ketus padanya? Padahal Rania selalu bertingkah seperti anak kecil jika berada di dekatnya.

"Kamu marah Ran?"

"Nggak"

"Benci?"

"Nggak, kak Jevan"

"Terus kenapa kok kayaknya males ngeliat aku?"

Rania memandang Jevan secara sengaja, dan gadis itu mendekat ke arah Jevan. "Nih nih aku liatin"

Jevan tertawa sambil mendorong dahi Rania dengan jarinya "ya nggak sedeket itu juga kali"

"Aku kira kamu nggak nyaman sama aku, karna aku pernah bilang suka ke kamu Ran"

"Emang nggak nyaman"

"Kenapa?"

"Kenapa harus suka? Kamu cuma kasihan kan? Aku ini siapa sih, disukai seorang Jevan Pradhika yang ternyata tenar dikalangan anak muda. Paling kamu kasihan aja karna aku pernah disakitin cowok"

Jevan tertawa "Aku nggak setenar Cendikia atau Dirgantara. Lagian aku suka kamu jauh sebelum tau masa lalu kamu"

Rania diam, dia malah ikut bersenandung mengikuti lagu yang mengalun pelan di dalam mobil.

"Oke kalau kamu butuh waktu, aku tunggu. Aku mahir dalam menunggu hahaha" Jevan tertawa miris.
"Kamu mau coba melupakan masa lalu kan? Aku juga. Kenapa kita nggak saling mengandalkan"

Rania menoleh "ooo aku pelarian?"

"Jadiin aku juga pelarian"

"Nggak mau"

"Ya udah, nggak apa-apa. Aku udah terbiasa ditolak sama kamu"

Rania menyembunyikan senyumnya.
.
.
.

Samudra dan Nuansa baru saja keluar dari klinik, mereka baru masuk ke dalam mobil.

Samudra memandang foto USG dengan tersenyum, ia mengelus foto tersebut dengan ujung jari telunjuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra memandang foto USG dengan tersenyum, ia mengelus foto tersebut dengan ujung jari telunjuknya. "Bayangin Sa, dia cuma sebesar kacang merah sekarang. Lucu banget"

"Sesenang itu kah kamu Sam?"

"Iya dong, emang kamu nggak?"

Nuansa menghembuskan nafasnya "aku nggak tau, apa aku bisa jadi ibu yang baik. Liat aja kelakuan aku sekarang masih kayak anak-anak"

Samudra tertawa lalu mengelus kepala Nuansa "Nggak apa-apa kamu kayak anak-anak. Aku jadi punya dua anak nanti hahaha"

Nuansa ikut tertawa sambil mengelus perutnya. "Jangan sampai kita nanti rebutan papa ya sayang"

Catatan Mimpi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang