34 : Wedding Plan

45 9 13
                                    

Author POV

Jevan baru pulang membeli kecap dari warung. Memang dia selalu menjadi orang suruhan mama untuk urusan membeli sesuatu di warung. Anak itu mengayun-ayunkan kantong kresek berisi kecap sambil bersenandung.

Langkahnya terhenti tepat di depan taman, lagi-lagi dia mendengar ada yang menangis. Tentu saja Jevan sudah tau siapa itu.

"Apa lagi sekarang?" Jevan ikut berjongkok di sebelah Rania.

Gadis itu menggeleng. Jevan mencari-cari sesuatu di sekeliling Rania, tapi tidak ada tanda-tanda bangkai hewan disana. Jevan jadi bingung, kali ini kenapa Rania menangis.

"Ran.." Jevan mengguncang pelan bahu Rania.

Akhirnya Rania menoleh, dia menghapus airmatanya. "Van... Aku... Aku .."

Jevan mulai tidak sabar "iya Raniaaa kenapaaa?"

"Kupu-kupunya terbang huaaaa"

Jevan memutar bola matanya "ya iyalah kupu-kupu terbang, masa koprol"

"Tadinya mau kasih ke kamu, aku liat kamu ke warung tadi"

Jevan tertegun "kasih kupu-kupu? Buat aku?"

"Mau bilang makasih, tapi aku nggak punya apa-apa buat dikasih"

"Makasih buat apa?"

"Buat semua.."

Jevan termangu, anak ini ingin memberinya kupu-kupu hanya untuk mengucapkan terimakasih. Lalu Jevan melihat sekeliling dan menunjuk setangkai bunga. "Kasih itu aja"

Rania menggeleng. "Itu masih hidup, nggak boleh dipetik"

"Apa bedanya sama kupu-kupu? Masih idup juga"

"Aku mau kamu rawat kupu-kupunya"

"Oh Tuhan berilah hamba kesabaran.." pekik Jevan dalam hati.

"Rania, kupu-kupu itu umurnya pendek, kalau kamu kasih ke aku, yang ada besok juga mati" ucap Jevan dengan sabar.

"Masa?"

Jevan mengangguk meyakinkan.

"Kalau gitu, ini aja deh. Makasih ya Jevan" Rania menyerahkan sebatang ranting pohon yang terjatuh.

"Ooh makasih deh" Jevan mengamati ranting pohon sepanjang penggaris 30cm tersebut.

"Itu tongkat sihir, bisa menyihir hati orang hahaha" Rania mulai berdiri dan hendak pergi.

"Tunggu! kita pulang bareng" Jevan juga bangkit dan menyusul Rania
.
.
.
.

Keesokan paginya, Nuansa terlihat menghela nafas sambil bercermin. Wajahnya tidak kenapa-kenapa, tapi kali ini rambutnya yang jadi sasaran Jevan. Jevan menguncir rambut Nuansa banyak-banyak layaknya anak ospek yang baru menjadi mahasiswa.

Gadis itu tidak punya tenaga untuk marah-marah, dan tidak berniat pula melepaskan ikatan rambutnya. Ia pun heran, kenapa kalau tidur dia selalu seperti orang koma, tidak sadar dengan sekelilingnya. Bahkan jika rumahnya di bom pun, Nuansa yakin saat dia terbangun, dia sudah di alam lain.
.
.
.
.

"Rania.. mau kemana?" Mama Dessy yang sedang menyiram tanaman  melihat Rania seperti akan pergi berolahraga.

"Mau jalan pagi tante"

"Masuk dulu yuk, ajak anak-anak tante juga. Jangan kemana-mana sendirian." Tawar mama Dessy.

Rania terlihat ragu, tapi mama Dessy sudah membuka pagar dan menariknya masuk. "Ada Samudra sama Dirga juga di rumah, yuk masuk"
.
.
.
.

Catatan Mimpi [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora