Bagian 1 ; Awal

1.1K 161 7
                                    

--HAPPY READING-

"Rasa iri saja tak dapat membuatmu memiliki segalanya"

--Taufan Jaiden Ackerley-

•✦───────────•✧

"Aku masih ada pasien jadi pulangnya agak maleman".

"Padahal biasanya kamu pulang awal, sekarang Lintar sama Taufan aja udah pulang".

"Mereka udah pulang? Tumbenan, biasanya juga pulangnya larut banget, apalagi Lintar".

"Kamu udah makan? Jangan biarin perut kamu kosong".

"Udah kok Ma, bilangin sama Aze buat gak keluar malem" .

Pemuda itu mendudukkan bokongnya dikursi kerjanya dengan tangan yang memegang benda pipih persegi kesayangannya.

"Emangnya kenapa?".

Pemuda itu terkekeh pelan "Kan bahaya Ma, soalnya Lintar udah pulang, bisa-bisa Aze dimarahin terus sama tuh anak" balas pemuda itu menjawab pertanyaan sang Mama.

Ceklek!

Pintu ruangan itu terbuka dan langsung membuat pemuda itu mendongak, kemudian dia menemukan seorang perawat dengan wajah panik yang sangat kentara menghampiri pemuda itu.

"Dokter" panggil perawat bernametag Aruna Zheanna pada pemuda yang diketahui seorang dokter itu "ada pasien yang baru saja lompat dari gedung, dia kehilangan banyak darah" lanjut Suster Aruna.

Pemuda itu mengangguk.

"Aku tutup telepon dulu Ma, Assalamualaikum"

Gempa Haiden Ackerley nama pemuda itu, seorang dokter muda tampan dan genius, dia selalu melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar tanpa kesalahan sedikitpun.

Anak ketiga dari tujuh bersaudara dan juga menjadi anak yang paling dekat dengan Mama dibanding dengan putra-putra Mama yang lain.

Gempa berjalan keluar dari ruangannya untuk mengikuti Suster Aruna yang sekarang sudah berjalan didepan sana.

Kalau mau bunuh diri minimal ditempat sepi bukan diperkotaan, nggak jadi kan matinya

Gempa menggerutu dalam hati karena kelalaian pasiennya saat ini kendati tak ayal jika dia juga khawatir dengan keadaan orang itu.

.
.
.


Pemuda itu menatap risih kakaknya yang sejak tadi terus saja menatapnya seperti orang gila yang menemukan mangsanya, ah ... bukan seperti itu ya?

"Apaan sih?" ketusnya sembari memalingkan wajah untuk menatap kembali televisi yang tadi sempat di acuhkan.

"Ciee, salting ya?!" ujar si kakak seraya tersenyum bangga karena menurutnya adiknya terlalu...

"Dih najis harus salting sama manusia modelan karung goni kayak lo," cibirnya, dia memakan wafer stick dari toples yang ada diatas meja.

Mereka berdua, Taufan Jaiden Ackerley yang terkadang mempunyai sikap ajaib yang dapat membuat semua orang geleng-geleng kepala dibuatnya.

Lalu Blaze Alden Ackerley, satu-satunya anak nakal yang masih sekolah SMA tetapi tidak mempunyai banyak teman perempuan lantaran dia pernah berkata di suatu hari 'kita ketemu lagi kalau udah halal' tetapi Blaze bahkan belum tahu apa itu pernikahan.

"Gue juga pengen kayak lo Aze," kata Taufan saat melihat Ice adik ketiganya atau dengan nama lengkap Ice Aiden Ackerley, seorang remaja laki-laki yang sekarang sedang tidur dengan paha Blaze sebagai bantalannya.

"bisa barengan terus, nggak kayak gue" Taufan melanjutkan ucapannya.

"Kalau lo mau, tinggal ngomong aja sama Kak Lintar sama Kak Gempa, iya kan Kak Lintar?!" ujar Blaze saat melihat...

Halilintar Raiden Ackerley kakak pertamanya yang sedang menuruni tangga tanpa memakai atasan dan hanya memakai bagian bawah seragam polisinya saja sehingga menampakkan enam buah kotak persegi di tubuh atletisnya.

"Ngomong sama say—gue?" Halilintar meralat ucapannya yang bisa-bisanya berucap formal pada saudaranya sendiri.

"Nah itu tuh kebiasaan ngomong formal, jadinya berasa kayak ngomong sama robot." ketus Blaze lalu kembali memfokuskan atensinya pada film favoritnya nyang berjudul 'the finding nemo'.

"Padahal ngomong formal bagus, jadi keliatan lebih berwibawa" gumam Ice yang terbangun dari tidurnya akibat suara berisik kakak-kakaknya.

"Lo nggak tidur?" tanya Blaze.

"Kebangun."

"Kemana?" kini Blaze bertanya pada Taufan yang baru saja bangkit dari duduk seraya mengambil gelas kopi miliknya.

"Mandi," dan setelahnya Taufan pergi dari sana meninggalkan kedua adiknya.

"Pantesan bau ketek Om Burhan," sindir Blaze.

"Gue masih denger ya!" seru Taufan yang sudah berada di dapur.

TO BE CONTINUE

[✔] Pangeran Keempat MamaWhere stories live. Discover now