Bagian 21 ; Hilang

278 48 13
                                    

Ice menatap keluar jendela berharap Blaze datang dan menyapanya dengan ceria seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ice menatap keluar jendela berharap Blaze datang dan menyapanya dengan ceria seperti biasa. Tetapi semua itu hanya angan-angannya sebab mustahil rasanya Blaze datang saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Berita tadi sore benar-benar menggemparkan seluruh rumah bahkan membuat jantung Ice berdebar dengan tempo tidak biasa. Skaya juga sampai menangis sebab takut kehilangan lagi untuk sekian kalinya.

Walau berharap kecelakaan itu bohongan tetapi di media sosial kecelakaan pesawat sedang menjadi perbincangan hangat. Sebenarnya bukan masalah bagi Ice jika adanya kecelakaan pesawat, namun bedanya pesawat yang di kabarkan mengalami kecelakaan itu adalah pesawat yang Halilintar dan Blaze tumpangi.

Jam sebelas malam biasanya Ice sudah tidur tapi tidak tahu kenapa malam ini semua rasa kantuk itu hilang.

"Kak udah tidur?".

Ice menoleh ketika mendengar suara Thorn dari arah pintu kamarnya. Cepat-cepat ia menutup tirai jendela dan menghampiri Thorn yang memeluk guling serta selimut.

"Belum, kamu mau tidur disini?".

Thorn mengangguk, ia berjalan melewati Ice lalu merebahkan tubuhnya di kasur.

Ice menyunggingkan senyum tipis, tidak membuang banyak waktu lagi dia ikut Thorn untuk tiduran dan mungkin sekalian tidur juga menemani adiknya.

Kini Ice berbaring di samping Thorn, memeluk adiknya dari samping untuk mencari kenyamanan.

Sebenarnya sudah sering Thorn pindah kamar saat malam hari begini, alasannya karena Solar sering mengganggunya ketika tidur. Apalagi ketika Thorn yang tidur duluan, maka Solar akan semakin senang untuk mengganggu tidur Thorn.

"Kak,".

"Kenapa?".

Thorn yang awalnya membelakangi Ice kini merubah posisinya agar berhadapan dengan Ice.

"Kak Aze sama Kak Lintar baik-baik aja kan?" Thorn menatap Ice, meski tidak bisa melihat ekspresi Ice karena lampu ruangan sudah dimatikan tetapi Thorn tahu jika Ice tengah sedih sekarang.

"Iya, mereka baik-baik aja. Kamu gak perlu banyak pikiran soal mereka, cukup fokus belajar 'kan sebentar lagi ujian." Ice mengelus rambut Thorn, melakukan apa yang sering Skaya lakukan padanya dulu agar cepat tidur.

"Tapi Kak, kalau mereka gak pulang gimana?" Thorn bukan anak kecil, tentu saja ia tahu bagian paling fatal dari sebuah kecelakaan, apalagi pesawat yang mengalami kecelakaan itu jatuh ke laut.

"Udah, jangan dipikirin besok mereka pasti ngasih kabar kok. Mending sekarang kamu tidur ini udah malam," Ice menitah lantaran ia tidak tahu lagi harus menjawab apa jika Thorn terus membahas tentang Halilintar dan Blaze.

"Kak," Thorn kembali memanggil.

"Sweet dream, Dek." Ice mengecup pucuk kepala Thorn sebagai tanda bahwa Ice ingin mengakhiri obrolan mereka dengan menyuruh Thorn tidur.

[✔] Pangeran Keempat MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang