Bagian 28 ; Hidden Serenity

291 33 9
                                    

Tadi malam tangis keluarga pecah, menyatakan jika mereka benar-benar tidak siap untuk kehilangan.

Skayara Aruna, satu-satunya wanita di rumah ini yang memiliki lebih dalam dari siapapun. Disaat ia belum benar-benar mengikhlaskan kepergian suaminya kini malah ditimpa lagi oleh anak-anaknya.

Ice tidak tahu seberapa terlukanya Skaya saat ini namun ia tahu jika Skaya benar-benar kesakitan sekarang. Namun Skaya adalah jantungnya, apa yang akan terjadi pada Ice jika Skaya jatuh sakit.

Pagi ini di sebuah lingkup tanah yang dijadikan sebagai makan keluarga Ice bisa mendengar suara tangis dari orang-orang yang dia sayangi.

"Harusnya aku gak pergi saat itu, tau begitu aku bakalan temenin Thorn biar gak hilang." Solar berucap menyuarakan penyesalannya.

Jika saja kemarin Solar tidak meninggalkan Thorn seharusnya kejadian dimana Thorn di culik tidak akan terjadi. Solar pun tidak akan pernah kehilangan kembarannya.

"Ini bukan salah kamu, semua ini emang harus terjadi." Taufan menarik Solar membawa adik bungsunya kedalam sebuah pelukan.

Skaya tidak datang ke pemakaman lantaran tiba-tiba jatuh sakit sehingga membuat Gempa juga harus merawat ibunya sehingga membuatnya tidak bisa melihat Thorn untuk terakhir kali.

Tapi itu tadi, sekarang Gempa ada disini menatap kuburan yang masih basah lantaran belum genap enam jam semenjak di buat.

"Gue harap saat itu juga bukan terakhir kalinya gue ketemu Halilintar," ucap Gempa, "gue gak bohong kalau sekarang kangen dia, meski semenjak beranjak dewasa kita bertiga jadi semakin asing tapi dalam hati gue kita masih tiga anak kecil yang ingin menjelajahi alam semesta.".

"Seandainya universe lain itu ada, disana gue gak akan jadi dokter sehingga kita masih bakal punya waktu buat dihabiskan bersama." Gempa melanjutkan ucapannya dengan wajah yang mengatakan arti kesedihan.

"Ternyata kehilangan sesakit ini rasanya." Gempa tersenyum lembut namun dengan mata berembun.

Ice yang sedari tadi duduk di kursi kayu yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat ketiga saudaranya berada kini melangkah pergi untuk menjauh dari hadapan Solar, Taufan, dan Gempa.

"Kak Ice mau kemana?" tanya Solar saat melihat Ice pergi menjauh dengan langkah pelan. Solar tahu jika Ice sempat terluka semalam tapi dia tidak tahu lukanya akan mempengaruhi cara berjalan Ice, apa ada luka lain ya?

Ice tidak menjawab pertanyaan Solar, yang ia inginkan sekarang hanya pergi pulang lalu menemani Skaya di rumah.

Ice berhenti melangkah saat dadanya benar-benar sesak, akibat adanya tulang rusuk Ice yang patah membuat Ice seringkali kesulitan untuk benapas. Kendati Gempa sudah menyuruh Ice istirahat saja di rumah agar ia segera lekas sembuh namun Ice tetap keukeuh untuk ikut memakamkan Thorn.

"Udah mau pulang Ice?".

Suara ini, apa Ice tidak salah dengar.

Ice mendongak, dia menatap lurus kedepan untuk memastikan siapa yang baru saja berbicara padanya.

"Blaze? Kak Lintar?" Ice harap ini bukan mimpi, dia harap ini sungguhan dan bukan hanya berupa ilusi saja.

Blaze tersenyum dia melangkah seraya menarik tangan Halilintar untuk melangkah maju lebih dekat dengan Ice.

Bugh!

Ice memukul perut Blaze sehingga membuat sangat empunya meringis kesakitan.

"Lo kemana aja?! Kenapa baru datang sekarang?" Ice menarik kerah baju Blaze tidak peduli apa yang akan terjadi pada Blaze jika kembarannya itu tercekik.

[✔] Pangeran Keempat MamaWhere stories live. Discover now