Bagian 18 ; Cerita rumah lama

369 70 15
                                    

"Blaze, ada bola ...".

Blaze mengernyitkan dahinya, yang benar saja masa Ice takut dengan bola, "hah? Bola apaan?".

Ice menggeleng, bukan itu yang ingin ia katakan.

"Terus?".

"Gulutuk, gulutuk em ... apa ya?" Ice menggantung ucapannya, dia lupa akan nama makhluk yang dia lihat tadi. Wajahnya tampak berpikir, tapi sampai menit kedua pun Ice tidak ingat.

"Di rumah tetangga kita, katanya emang pernah ada kejadian horor dan rumah itu udah berdiri sejak 100 tahun lebih," ujar Halilintar saat tahu akan maksud Ice. Bukan bola yang biasa dijadikan mainan tetapi hantu dengan kepala yang terpisah dari badannya, Halilintar sendiri pernah melihatnya saat kecil dulu.

"Tapi, kenapa sampai ada disini?" Ice menatap Halilintar yang duduk disampingnya.

"Rumah ini kan udah lama gak ditempatin jadi ya dedemitnya pasti pada pindah lah," bukan Halilintar yang menjawab tetapi Gempa.

Ice bergidik, tak tahu kenapa rasanya merinding ketika mendengar ucapan Gempa barusan.

"Tapi bukannya mata batin kamu udah ditutup ya?" seingat Gempa begitu, Ice seharusnya sudah tidak bisa lagi melihat makhluk tak kasat mata sekarang.

Ice menganggukkan kepalanya untuk membenarkan pertanyaan Gempa, "iya, tapi sejak satu bulan lalu aku mulai bisa ngeliat lagi,".

"Mampus lo, gila lagi entar," Blaze menyunggingkan senyumannya lalu kemudian tertawa terbahak-bahak di sela keheningan ruangan itu.

"Dia bahkan lebih gila dari orang gila," celetuk Solar yang baru saja datang, dia tidak bermaksud mengatai Ice gila tetapi yang dia sebut gila adalah Blaze.

Ice menghela napas, padahal sedari dulu dia tidak pernah merasa gila hanya karena hantu. Hanya sedikit takut, sedikit sekali.

"Ice, kuyang!" seru Blaze.

"AAAA!" jerit Ice sehingga tanpa sadar menggunakan tangan Gempa untuk menutupi matanya. Tindakan itu justru sukses membuat Blaze tertawa terbahak—bahak sampai dia terguling—guling di lantai.

Blaze menghentikan tawanya saat ditatap tajam oleh Gempa dan Halilintar, kedua cowok itu benar—benar tidak membiarkan Blaze bahagia walau sedetik.

"Gini amat punya abang," celetuk Solar yang di angguki oleh Thorn.

Gempa menghela napas, dia mendudukkan tubuhnya disamping Halilintar lantas bersandar dibahu kokoh kembarannya.

"Punya sodara gak bener semua," ucapnya pelan namun masih bisa didengar oleh Halilintar karena jarak keduanya sangat dekat.

"Tentang ekspedisi kita soal kematian ayah gimana?" sudah lama Gempa menunggu sampai rasanya dia benar—benar merasa sangat penasaran.

"Gue belum ngapa—ngapain, lagi banyak tugas dari pusat. Kemarin aja gue baru selesain tugas di kota kecil sama Fang," harinya terlalu sibuk, mana sempat mengurusi urusan pribadinya meski itu untuk sang ayah sekalipun.

"Kalau boleh tau tugas lo apa sampe lo harus pergi dua hari satu malam cuma buat tugas di kota kecil?" Gempa masih setia ditempatnya, menyandarkan kepalanya dibahu Halilintar dengan mata yang fokus melihat adik—adiknya perang argumen.

"Pembunuhan lagi, gak tau kenapa sekarang sering banget dapat kasus pembunuhan," Halilintar menghela napas panjang, rasanya lelah sekali ketika mendengar banyaknya kasus kriminalisasi tentang pembunuhan akhir—akhir ini.

"Dunia emang udah gak bermoral ya Gem? Buat apa gunanya gue jadi polisi kalau masih aja ada tindak kejahatan, gue ngerasa gak berguna banget." dia melanjutkan.

Gempa menepuk pundak Halilintar kemudian tersenyum hangat, "semangat Bang, jangan menyerah begitu aja hanya karena lo merasa gak berguna.".

"Kita belajar dari masa lalu buat gak mengulangi kesalahan yang sama dimasa depan, ingat ya ... bahwa kegagalan harus bikin kita bangkit untuk menjadi lebih baik,".

Halilintar mengangguk pelan, mungkin yang di ucapkan Gempa benar. Terlalu larut dalam masa lalu juga hanya akan berdampak negatif padanya jadi lebih baik mengubur hal buruknya dan mengambil yang baiknya untuk dijadikan pelajaran.

Blaze yang sedari tadi sengaja menguping pembicaraan kedua kakaknya melongo, menatap tidak percaya bahwa Halilintar dan Gempa yang selama ini dia kenal sebagai sosok kakak yang galak bisa berubah selembut itu ketika disatukan.

"Marvelouse, marvelouse!" seru Blaze menirukan kebiasaan salah satu dari karakter kartun yang menemaninya sejak orok.

"Gue kira Mas Pikachu sama Mas Bencana cuma bisa marah—marah doang, galau pun bisa ternyata," Blaze bersorak senang karena telah menemukan sisi lain kakaknya.

Halilintar dan Gempa memang terkadang kelihatan lebih tegas dalam mendidik adik—adiknya sehingga tidak jarang mereka akan marah jika adiknya melakukan kesalahan, namun mereka marah bukan karena tidak menyayangi adiknya tetapi karena sangat menyayangi adiknya.

Gempa memutar bola matanya malas, Blaze sudah mulai berarti harinya tidak akan tenang sampai satu hingga dia jam hingga energi Blaze habis nanti.

Blaze berdiri lalu dengan posisinya sekarang Blaze duduk di sofa menggeser Gempa dan Halilintar agar berjauhan sehingga membuatnya duduk di tengah—tengah antara mereka.

"Kak, gue punya pertanyaan yang wajib kalian jawab, pokoknya harus!" katanya.

"Apa tuh?" Gempa menimpali.

"Kenapa kuda nil kentutnya dari mulut? Sedangkan gue aja belum pernah denger Nuvo kentut," Nuvo yang Blaze maksud adalah ayam betina miliknya, usianya masih muda sehingga ayam itu masih kelihatan cantik tidak seperti ayam punya  Skaya yang sudah berumur.

Gempa menghela napas setelahnya mengacak rambutnya frustasi, "otak dimana Blaze, otak? Lo bandingin ayam sama kuda nil yang jelas—jelas beda spesies, udah kayak Ice sama pacar animenya aja.".

"Menurut Kak Lili gimana, kenapa Nuvo sama kuda nil gak sama?" Blaze menatap Halilintar meminta jawaban dari kakak tertuanya.

"Lo tanyain sama bayangan lo sendiri sana," Halilintar beranjak pergi dari sana untuk menghampiri Taufan yang masih diluar.

"Bayangan mana bisa ngomong Kak!".

"Itu lo tau!!".

─────TBC─────

buat pembaca PKM ini, maaf banget karena jarang update dan sekalinya update cuma beberapa kata doang.

iya, aku emang punya keinginan buat sering update buat nyenengin kalian, tapi dengan sedikitnya pembaca disini bikin aku sering ngerasa kehilangan semangat buat nulis.

tapi tenang aja, cerita ini bakalan terus lanjut sampai tamat meski update nya jarang jarang.

jadi, kawal terus sampe tamat ya sweetie!! ꒰ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ꒱ ִֶָ

jangan lupa vomen nya juga

[✔] Pangeran Keempat MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang