Bagian 13 ; Tertuduh atau dituduh?

503 71 8
                                    

─HAPPY READING─

"Terlalu awal untuk menjalani kehidupan yang menyedihkan,"

-Blaze Alden Ackerley-

•✦───────────•✧

Malam ini Halilintar tidak pulang katanya mau lembur, dan inilah hal yang paling Blaze suka. Ketika Halilintar tidak pulang kerumah Blaze bisa melakukan apapun yang dia suka tanpa harus diatur ini itu.

Blaze bisa pulang kapan saja dan bisa melakukan apapun tanpa perlu diinterogasi setelah sesaat melakukan sesuatu.

Tapi itu hanya angan karena dia tidak tahu akan dipanggil ke ruang BK untuk alasan yang tidak diketahui, apalagi Skaya juga ikut dipanggil.

Skaya tidak datang sendiri tetapi diantar Taufan yang sekarang sedang berswafoto bersama gadis-gadis dilapangan.

Perihal kesalahan apa yang Blaze lakukan, dia juga tidak tahu apa kesalahannya dan tahu-tahu dipanggil kesini oleh si waketos--wakil ketua OSIS--yang merupakan kembarannya sendiri.

"Dia tuh nuduh gak jelas, aku nggak pernah nyuri HP dia, orang HP aku aja lebih bagus." Blaze tak terima dengan tuduhan yang diberikan guru BK serta ibu dari murid perempuan yang Blaze ketahui memiliki jabatan sebagai tukang beberesih dikelasnya.

"Heh gak boleh ngomong gitu," Skaya mencubit pipi Blaze pelan, walaupun tidak akan sakit tapi Blaze biasanya diam.

"Aku gak nuduh, kan tadi yang terakhir ada dikelas kan kamu karena gak ikut kelas olahraga!" gadis yang konon katanya ingin menikah dengan salah satu member RIIZE itu meninggikan suaranya karena kesal.

"Gini ya cantik, aku di kelas tadi tidur karena gak enak badan jadi gak ikut kelas olahraga,".

"Serius gak enak badan, keliatannya sehat-sehat aja?" tanya Skaya berbisik agar tak merusak privasi anaknya.

"Bohong, cuma pura-pura sakit biar gak disuruh panas-panasan," balas Blaze berbisik.

"Lanjutkan bakatmu, Nak." Skaya menepuk pundak Blaze dua kali karena bangga dengan pencapaian anaknya yang benar-benar mewarisi sifatnya saat masih sekolah dulu.

Melihat apa yang dilakukan Skaya pada Blaze, membuat Blaze tersenyum senang padahal dia sedang berada di perdebatan karena kesalahan yang sebenarnya tak dia perbuat.

"Kelas 12-2 ada CCTV-nya, tinggal liat rekamannya doang bodoh banget." bukan Blaze namanya jika dia harus panik saat disudutkan, lagipula memangnya ada yang sedang menyudutkannya? Tidak ada tuh.

"Terimakasih sudah mengingatkan, biar saya liat sebentar," sosok Pak guru yang formal tersebut beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke suatu tempat untuk mencari komputer.

"Omong-omong kamu masih ingat aku, Sya?" pria yang menjadi perwakilan dari gadis yang sering disebut cegil itu bertanya pada Skaya yang sejak tadi tak mengeluarkan sepatah katapun karena katanya biarlah Blaze yang menyelesaikan masalahnya dan orang dewasa jangan ikut campur masalah anak kecil.

"Aku gak tau kamu udah punya anak sebesar ini, padahal dulu katanya gak mau nikah," pria itu tersenyum manis diakhir kalimatnya.

"Om jangan genit sama Mama. Jijik buaya darat!" Blaze menatap pria itu sinis, tak suka dengan cara melihat pria itu menatap Skaya.

Jika ditanya bagaimana Skaya saat ini, dia bahkan tak melirik pria itu sama sekali dan malah bersikap seolah dia tak mendengar dan melihat apapun.

Tak lama setelah itu, guru tadi datang kembali membawa laptop. Wajahnya tampak tenang seolah dia melupakan fakta bahwa tadi sempat memarahi Blaze hingga rasanya gendang telinga Blaze mau pecah.

[✔] Pangeran Keempat MamaWhere stories live. Discover now