Bagian 6 ; Demam

789 106 12
                                    

"Aku hanya membutuhkan kalian"

–Liam Levine Ackerley–

•✦───────────•✧

Kulkas berjalan

|Pulang!

Entaran aja|

|Pulang sekarang Blaze!!

Emang kenapa sih?|

|I'm sick

|Beliin obat, kepala gue pusing, badan gue
|panas, perut gue mual

Lo hamil tuh|

|Ih gila! Bukan gitu!

Lagian katanya sakit tapi|
main HP|

|Pulang atau gue buang semua
|album Itzy punya lo.

Oke gue pulang|

·
·
·

"Paramex?" tanya Blaze pada Ice yang sedang tidur diatas kasurnya sendiri, dan Ice menggeleng sebagai jawaban untuk kembarannya itu, "terus apa dong?".

"Contrexyn" jawab Ice, pemuda itu sekarang sedang berada dibawah buntelan selimut, katanya tadi dingin.

"Kayak bayi lo" cibir Blaze sambil mendudukkan bokongnya disamping Ice yang sedang terbaring.

"Gue butuhnya penurun panas bukan obat sakit kepala" sahut Ice.

"Kan katanya tadi pusing" Blaze kembali mengingat jika tadi Ice mengatakan kepalanya pusing.

"Pusing bukan sakit!" Ice mendorong tubuh Blaze dengan kakinya, "sana lo pergi gue mau tidur, kepala gue makin pusing liat manusia jelmaan jin kayak lo."

"Tadi lo nyuruh gue pulang, sekarang ngusir, masalah hidup lo apa sih?" tanya Blaze nggak santai.

"Udah sana pergi!" usir Ice sekali lagi, dan sekarang Blaze menurutinya.

Karena keduanya dikamar yang sama dengan kasur tingkat, Blaze menaiki tangga untuk sampai keatas kasur miliknya yang berada diatas, Blaze memposisikan dirinya untuk tidur dengan nyaman lalu menarik selimut.

"Ice" panggil Blaze dan dibalas gumaman oleh orang yang berada dikasur bagian bawah, "have a nice dream... Ice,"

"Hm".

·
·
·

06.02 AM

"Ma, Ice aja nggak sekolah masa aku nggak. Gak adil banget, katanya kalau kembar apapun harus sama tapi... ini malah dibeda–bedain," gerutu Blaze seraya mengikuti Skaya yang akan pergi kekamar Blaze dan Ice sembari membawa mangkuk bubur.

"Ice lagi demam makanya nggak sekolah, kamu kan sehat walafiat gini masa mau bolos sekolah?" Skaya memutar knop pintu kemudian masuk kedalam di ikuti oleh Blaze.

"Kalau semuanya harus sama, berarti punya istri juga harus sama?" tanya Skaya.

"Iy-nggak! Pengecualian istri, itu gak termasuk harus sama!" jawab Blaze cepat, dia nggak terima kalau harus berbagi istri juga.

"Ice, makan dulu yuk... abis itu minum obat" ucap Skaya membangunkan Ice yang tertidur lagi.

"Jadi iri, aku juga harus sakit dulu biar Mama peduli sama aku" ujar Blaze cemburu.

"Lo pikir sakit enak?" tanya Ice yang terbangun karena mendengar suara lembut mamanya.

"Tapi ada momen tertentu waktu sakit, contohnya orang-orang disekitar lebih sayang sama kita waktu lagi sakit" jawab Blaze, saat ini pemuda itu sedang membereskan alat tulis kedalam tasnya karena dia kan akan sekolah hari ini.

"Tapi Mama sayang kalian pake banget malah, dan hati Mama sakit kalau liat kalian lagi sakit" timpal Skaya. Wanita cantik itu duduk dikasur milik putra kelimanya untuk menyuapi Ice.

"Gak mau Ma" tolak Ice, nafsu makannya hilang sekarang mungkin efek tidak enak badan.

"Makan! Kamu gak akan sembuh kalau gak makan, kasian juga perut kamu"-Skaya menyendok sesendok bubur lalu diarahkan nya pada mulut Ice-"aaa~ buka mulutnya sayang".

Ice menggeleng, "pahit" ucap Ice.

"Makan dulu" titah Skaya, dan pada akhirnya walaupun enggan Ice tetap menerima suapan Skaya. Skaya tersenyum lalu mengelus lembut rambut Ice, "nah gitu dong biar cepet sembuh".

"Duh bikin iri" kata Blaze, Ice yang mendengar itu berdecak sebal.

"Mau gantian sakitnya?" tanya Ice dan Blaze menggeleng.

"Nggak dulu deh, lain kali aja sakitnya" Blaze memakai tasnya lalu dia pergi keluar dari kamarnya, "ada hal yang harus gue lakuin sebelum sakit" lanjut Blaze.

"Streaming mv TXT lagi tuh" ketus Ice.

"Itu lo tau" sahut Blaze yang belum benar-benar keluar dari kamarnya.

"Huh plastik!" Ice menyuraki Blaze.

"Apaan sih gepeng." Blaze tidak akan marah hanya dengan hal seperti ini, dia kan bukan bocil FF seperti anak kecil yang menyukai boygroup satu agensi dengan TXT.

"Padahal yang gepeng kan cartoon Cloud Bread," Ice yang sedang disuapin bubur oleh Saya menggerutu karena kesal dengan kakaknya itu.

·
·
·

"Besok hari terakhir Ayah ditugasin disini?" tanya Taufan, Liam mengangguk membenarkan anak keduanya itu, "yahh... berarti kita gak bisa ketemu Ayah dalam jangka waktu lama dong"

"Tugas negara harus–".

"Ayah jangan pergi!" sela Blaze yang tak sengaja mendengar percakapan kakak dan ayahnya saat nggak sengaja melewati ruang keluarga.

"Ayah gak bisa kabur dari tanggung jawab, Aze" balas Liam pada anaknya itu.

"Ayah disini aja sama kita, perasaan aku nggak enak," Blaze menatap Liam penuh harap, berharap ayahnya membatalkan tugas negara nya, "jangan kemana-mana pokoknya!!"

"Gak bisa gitu, Ayah udah janji buat selalu setia pada Negara".

"Ayah, apa yang paling penting menurut Ayah? Keluarga atau Negara?" tanya Solar yang baru saja datang bersama Halilintar.

"Itu..." Liam harus menjawab apa? Keduanya adalah hal yang berharga dalam hidupnya.

Pertanyaan kamu sulit Solar

—TO BE CONTINUE—

[✔] Pangeran Keempat MamaWhere stories live. Discover now