Bagian 19 ; Ayo ke Korea Selatan!

433 57 7
                                    

Setelah selesai membersihkan rumah dengan bantuan vacum cleaner dan beberapa alat kebersihan lainnya, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang karena tidak mau membuat Skaya menunggu.

Lokasinya lumayan jauh karena memerlukan enam belas sampai dua puluh menit menggunakan mobil dan akan lebih lama lagi jika berjalan kaki.

Kendati Blaze tidak langsung pulang melainkan pergi bersama Gentar saat di ajak ke tempat yang banyak menjual street food, sekaligus merayakan pertemanan mereka yang ke sepuluh tahun.

Blaze dan Gentar memang sudah sedekat itu meski Gentar satu tahun lebih muda dari Blaze bukanlah masalah selama mereka satu kelas. Namun disekolah tetap saja mereka tidak hanya akan terlihat berdua tetapi Ice juga ikut serta mengingat Ice tidak punya teman karena sulitnya bersosialisasi dengan dunia luar.

Kata Gentar dunianya akan hampa jika tidak ada Blaze didalamnya, begitupun dengan Blaze yang merasa dirinya tidak akan bisa hidup kalau saja tidak mendengar dan bertemu Gentar.

Keduanya bagaikan dua insan yang saling membutuhkan untuk bertahan dari kejamnya arus hidup yang terus menghantam tanpa henti.

"Menurut lo, enakan makan es cincau atau es campur?" tanya Gentar seraya memakan takoyaki yang sempat dia beli bersama Blaze beberapa menit lalu.

"Kalau bisa dua kenapa harus satu? Lagian gak semahal rokok 35 ribu," ujar Blaze menyombongkan diri.

Jika dalam keuangan Blaze juga tidak mempermasalahkan hal itu karena ia memiliki tiga ATM berjalan yang kapan saja akan memberikan uang jika meminta, tetapi yang menjadi masalah adalah isi perutnya yang tidak akan muat kalau harus terus diisi makanan.

"Tamak lo!" Gentar mencibir lalu melangkahkan kakinya menuju pedagang es campur karena ingat jika kemarin dia terus mengidamkan bagaimana segarnya minuman itu.

"Bang, kebab dua yang pedes ya!" pesan Blaze pada penjual kebab yang kelihatan masih muda, mungkin seumuran ketiga kakak kembarnya.

"Lo kira ini seblak, Dek?" sahut pemuda yang tidak diketahui nama dan identitas aslinya itu.

Blaze tersenyum kikuk, "ya kali kan Bang sama, abisnya gue setiap beli seblak selalu minta pedesnya 10 sendok.".

"Lambung aman?".

"Aman dong, kakak gue kan dokter!" kata Blaze merasa beruntung karena memiliki kakak yang profesinya lumayan berguna untuk keluarganya.

"Keren dong," ujar penjual kebab menyahut.

Blaze mengangguk, tentu saja kakaknya keren apalagi jika suatu hari nanti naik pangkat maka Blaze akan mengatakan dengan lantang bahwa orang hebat itu Gempa.

Sampai akhirnya Blaze terlalu larut dalam pembicaraan dengan penjual kebab hingga kedua kebab yang dia pesan jadi membuat Blaze harus mengatakan salam perpisahan kepada orang yang masih belum Blaze ketahui namanya.

Ia akhirnya menghampiri Gentar setelahnya untuk memberikan kebab yang dia beli khusus untuk Gentar, katanya apapun itu gratis untuk Gentar dan begitupun sebaliknya.

"Lo tau gak Aze?" Gentar memulai pembicaraan setelah beberapa saat keduanya diam karena terlalu sibuk dengan kebab dan es campur.

"Nggak, kan gak lo kasih tau.".

"Gak jadi deh, lupa." Gentar tersenyum dengan wajah tanpa dosa berbanding dengan Blaze yang merasa kesal bukan kepalang.

"Nanti kalau udah lulus lo mau kuliah dimana?" sudah lama Blaze ingin menanyakan ini karena rasanya tidak rela jika suatu hari nanti harus berpisah dengan Gentar.

[✔] Pangeran Keempat MamaWhere stories live. Discover now