🎮 02 • Kenapa Harus Kedokteran? 🎮

31 6 8
                                    

Wajah putrinya tampak murung, Ibu Maira berniat mendekat dengan membawa sepiring camilan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajah putrinya tampak murung, Ibu Maira berniat mendekat dengan membawa sepiring camilan. Setelah mengambil posisi duduk di samping sang anak, barulah ia menyodorkannya. "Tadi mama bikin pisang tanduk, Dek. Nih, buat Dedek."

Tak ayal, mata Maira sontak berbinar saat mendapati pisang tanduk yang digoreng hingga berwarna kuning keemasan tersaji di depannya, tak lupa dengan susu kental manis, meses, dan keju parut yang menjadi pelengkap. "Wah, makasih, Ma."

(Picture by Youtube/Ibu Hendri)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Picture by Youtube/Ibu Hendri)


Ibu Maira tersenyum, menyaksikan perubahan ekspresi putrinya yang mendadak semringah dalam sekejap hanya karena makanan. Untuk beberapa sesaat, ia betah mengamati Maira yang menyuapkan potongan pisang tersebut satu per satu. Hingga pada saat suasana hati putrinya dirasa membaik, wanita itu baru berani bertanya.

"Ehmm, Dedek," panggil Ibu Maira, "tadi Dedek berantem lagi sama Papa, ya?"

Mendengar ibunya mengungkit sang ayah, Maira spontan berhenti mengunyah. "Iya," jawabnya singkat.

"Nggak papa, Dek, nggak usah terlalu dipikirin. Papa kamu lagi emosi aja," timpal Ibu Maira.

"Tapi, maksudnya, tuh, baik, loh. Papa cuma mau ngingetin supaya kamu bisa cepat mengambil keputusan karena Papa takut pada akhirnya kamu malah nggak sempet daftar kuliah gara-gara kebanyakan menunda," sambungnya.

Putrinya masih terdiam, Ibu Maira berencana untuk meneruskan ucapan. "Dedek bisa mulai cari-cari informasi dulu tentang kampusnya, siapa tau Dedek tertarik masuk ke sana. Terus, buat persiapan, Dedek juga bisa mulai belajar materi-materi yang sekiranya bakal keluar di UTBK. Pelan-pelan aja, nggak papa, Dek, yang penting Dedek ngerti dan materinya bisa masuk di kepala."

Gerakan Maira yang hendak menancapkan garpu ke potongan pisang berikutnya sontak terhenti, disusul dengan adanya embusan napas kasar. "Huh, sebenernya, bukan nggak mau cari informasi kuliah ..., tapi masalahnya, dedek, tuh, udah keburu males duluan, Ma."

Cukup lelah menghadapi perilaku sang ayah, Maira pun spontan mengungkapkan sebagian kecil dari isi hatinya. "Yang bikin dedek bingung, tuh ..., kenapa harus kedokteran, sih?! Kayaknya, Papa malu, ya, Ma, kalau dedek nggak masuk kedokteran?"

Calcoon vs Everybody ✔️ [END]Where stories live. Discover now