"Kenapa, ya, belakangan ini mataku kalau ngeliat agak jauhan dikit, tuh, langsung burem? Kayak capek aja gitu."
Jika hanya terjadi sesekali, maka Rolan dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri yang disebutkan Maira mungkin efek dari mata lelah. Namun, jika keluhan terkait penglihatan tersebut terus berlanjut, bukankah ia harus lebih serius dalam menindaknya? Jadi, lelaki itu putuskan untuk menemani Maira pergi menemui dokter mata.
Setelah diperiksa, ternyata penyebabnya tak lain dari minus mata Maira yang bertambah. Tak heran, dokter menganjurkan gadis itu agar mengurangi penggunaan gadget, pun supaya tak membaca di tempat redup. Terakhir, Maira juga disarankan menggunakan kacamata agar pandangan yang kabur tak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun, bukan Maira namanya jika langsung menyetujui hal-hal yang sengaja ia hindari. Hingga tiba-tiba saja satu ucapan Rolan sukses menyisipkan rasa takut dalam diri gadis itu.
"Nggak papa, sih, kalau nggak pake kacamata juga. Paling nanti minusnya tambah gede."
Selepas mendapat fakta kurang menyenangkan, kini Rolan dan Maira beralih menyambangi kafe terdekat yang mengusung konsep outdoor. Keduanya sepakat memilih meja berpayung sebagai area makan, sebelum memasukkan chicken wings dan onion rings dalam daftar pesanan.
(Picture by shutterstock/Ratov Maxi)
YOU ARE READING
Calcoon vs Everybody ✔️ [END]
Teen FictionDituntut kuliah jurusan kedokteran, Maira Eunika diam-diam kabur dari rumah. Gadis yang hobi bermain game sejak kecil itu memutuskan pergi ke Jakarta setelah mendapat tawaran bergabung dengan tim esports ternama. Tak disangka, jalan yang ditempuh t...