🎮 04 • Tanpa Persetujuan 🎮

19 7 8
                                    

Mengabaikan Icha merupakan tindakan terbaik yang bisa dilakukan Maira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengabaikan Icha merupakan tindakan terbaik yang bisa dilakukan Maira. Terbukti, setelah ia cukup lama merespons pesan, talent tim Ostar itu pada akhirnya menyerah juga untuk memberikan 'teror'. Namun, jangan kira Maira bisa bernapas lega setelahnya karena tanpa diduga malah raja terakhirnya yang langsung turun tangan.

Bayangkan saja, Maira tiba-tiba mendapat Direct Message Instagram dari akun bercentang biru saat Icha mulai berhenti menghubunginya. Apa maksud dari semua ini, coba? Belum dapat memberi kepastian, gadis yang mendadak jadi penuh pertimbangan itu pun memilih untuk sebatas membaca, walaupun pada dasarnya rasa ingin membalas pesan masih sangat besar. Terlebih, orang yang mengontaknya kali ini adalah admin tim Ostar sendiri.

Sungguh kejadian yang langka, tetapi Maira cukup sadar bahwa sekarang bukanlah saatnya berbangga diri. Ya, daripada pikirannya membuncah, mungkin lebih baik ia bermain Mobile Legends. Jujur, jiwa kompetitifnya mendadak terpacu belakangan ini.

Semenjak mendapat tawaran menarik dari Icha, Maira jadi lebih sering bermain solo menggunakan hero midlane, seolah-olah ingin membuktikan kelayakannya. Padahal, gadis itu masih diambang keraguan. Ah, mungkinkah karena ada tim besar yang meliriknya? Entahlah, ia juga tak tahu.

Victory! Tujuh belas menit telah Maira habiskan untuk satu game yang berujung kemenangan. Sayang sekali, Mobile Legends hanya sanggup mengalihkan fokusnya sesaat. Setelah permainan berakhir, maka gadis itu akan teringat kembali perihal ajakan Icha, ditambah dengan pesan dari admin tim Ostar yang bernada serupa.

"Apa lebih baik kalau aku tanya Papa sama Mama dulu, kali, ya?" gumam Maira.

Ide tersebut dirasa bisa mengurangi sedikit bebannya, Maira pun patut mencoba. Ya, siapa tahu saat ini orang tuanya sedang berada dalam suasana hati yang baik, sehingga membolehkannya berangkat ke Jakarta, kan?

Selepas memantapkan hati dan pikiran, barulah Maira berani menghampiri ruang keluarga. Marlin tampak sedang duduk santai sambil mengetikkan sesuatu pada komputer yang terletak di sudut ruangan, sedangkan posisi ayah dan ibunya mengapit sang kakak. Kebetulan sekali, semua anggota keluarganya tengah berkumpul di sana--entah sedang membahas apa. Namun, yang jelas, Maira harus menyudahi masalahnya hari ini.

"Pa, Ma," panggil Maira.

Ayah dan Ibu Maira yang semula fokus menatap layar pun seketika menoleh. Entah bagaimana, senyuman manis menghiasi bibir mereka. Padahal, Maira belum mengucapkan apa-apa. Dan, kali ini, sang wanita yang berinisiatif memulai obrolan.

"Iya, kenapa, Dek?"

"Dedek mau ngomong sesuatu, boleh? Ini penting."

Sekilas Ibu Maira melirik sang suami, berniat menanyakan pendapatnya. Sesudah mendapat anggukan sebagai tanda persetujuan, barulah wanita itu kembali bersuara. "Pasti boleh, dong. Memang Dedek mau ngomong apa?"

"Gini, Pa, Ma ..., kemaren dedek sempet dapet tawaran buat jadi pemain Mobile Legends di salah satu tim besar," Maira memutuskan untuk berkata jujur, "tapi syaratnya ... dedek harus berangkat ke Jakarta buat menetap di gaming house mereka."

Calcoon vs Everybody ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang