🎮 31 • Terlambat 🎮

19 2 1
                                    

"Cuma 30 menit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cuma 30 menit."

Sang surya tampak melakukan tugasnya, mendatangkan hawa panas yang menyelimuti tubuh. Es krim dirasa bisa menjadi solusi, seorang gadis yang memakai bandana berwarna biru muda berniat memberikannya pada lelaki jangkung yang kini tengah bersamanya.

"Tadaaa, satu es krim cookies and cream!" Maira menyodorkan sajian dingin dalam corong wafel yang baru saja dibelinya.

"Widih, beneran ditraktir, nih?" Awan tersenyum geli. "Padahal, niat aku ngajak ketemu bukan buat nagih, loh."

"Nggak nagih, sih, nggak nagih, tapi isi chat-nya selalu aja 'eh, aku udah beres ujian, loh'. Itu maksudnya apa, ya?" Maira sengaja menyindir.

"Namanya juga cerita kalau ujian udah beres. Tapi, kalau kamu ngerasa, sih, bagus." Awan tertawa pelan. "Makasih, ya, Maira yang baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong."

"Eh, tapi aku penasaran, deh, kenapa kamu pindah apartemen. Apa tempatnya kurang nyaman?" lanjutnya, bertanya.

Ah, itulah satu-satunya alasan Maira untuk segera menepati janji pada Awan. Kebetulan sekali, lelaki itu mengajaknya bertemu selepas mengetahui jarak lokasi mereka yang tak terlalu jauh. Jadi, sekalian saja ia pergunakan momen ini untuk 'melunasi utang'.

Setelah pindah apartemen, ditakutkan Maira sudah tak punya kesempatan lagi untuk mentraktir Awan. Bukan sembarangan, keputusan tersebut diambil usai melewati beberapa pertimbangan, yang juga telah didiskusikan antar dua orang. Namun, mustahil gadis itu mengakui dirinya sengaja pindah demi seseorang, kan?

"Nggak, kok, Kak. Aku pindah apartemen ... biar lebih deket sama gaming house aja," elak Maira.

"Oh, iya, iya. Kirain aja ada problem gitu, kan."

Maira hendak menanggapi jika saja tak ada bunyi notifikasi ponsel yang sukses mengusik. Beralih memeriksa, ia langsung dibuat tertawa kala membaca isi pesannya.

Rolan:
30 menit lewat 5 detik.

Tanpa melunturkan senyumnya, gadis itu spontan memandang ke arah mobil berwarna hitam pekat yang saat ini terparkir di seberang kedai es krim. Paham betul apa maksud dari chat tersebut, Maira pun lekas mengetikkan balasan.

Namun, di luar dugaan, ternyata sosok yang memperingatinya barusan tiba-tiba keluar dari mobil--menampakkan wujud, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinya sedang menunggu secara terang-terangan. Baiklah, sepertinya Rolan memang tak bisa diabaikan terlalu lama, kan?

"Kenapa, Mai?" Awan yang sedari tadi heran melihat sang gadis mesem sendiri, akhirnya memutuskan bertanya.

"Eh, nggak papa, kok, Kak." Maira agak terkejut. "Tapi, kayaknya aku nggak bisa lama-lama di sini."

"Jadi, aku duluan, ya," sambungnya, berniat pamit.

"Eh, tunggu dul‐-"

Melihat kehadiran sosok lain, Awan sontak mengurungkan niat untuk memanggil Maira. Ya, awalnya ia ingin menahan gadis itu sedikit lebih lama. Namun, semua rencananya sirna kala melihat lelaki dengan kaus kasual berwarna hitam itu. Siapa dia? batinnya.

Calcoon vs Everybody ✔️ [END]Where stories live. Discover now