🎮 21 • Calcoon is Back 🎮

22 2 2
                                    

"Nggak usah terlalu dipikirin, Mai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nggak usah terlalu dipikirin, Mai. Rolan, tuh, anaknya nggak ribet, kok. Santai aja kalau sama dia, mah."

"Bukannya mau ngebela, loh, ya. Tapi, selama aku kenal dia, orangnya, tuh, nggak muluk-muluk, pengennya yang pasti-pasti aja. Kalau dia bilang A, ya, A, dia bilang B, ya, B."

"Jadi, bersikap kayak biasanya aja. Anggap, lah, yang kemaren itu cuma angin lalu. Biarin dia mau ngomong apa juga, yang penting kalian tetep berhubungan baik. Nggak ada salahnya buat saling mengenal dulu, kan? Masalah dia yang main-main atau nggak, nanti, kan, bakal kebongkar dari sikapnya. Dan, aku juga yakin kalau kamu bisa menilai sendiri. Pokoknya, urusan belakangan, lah, itu, mah."

Atas saran dari Icha, Maira memutuskan untuk membalas DM Rolan lagi setelah sekian lama didiamkan. Ah, terakhir kali lelaki itu mengirimkan pesan berupa ajakan mabar, tetapi ia malah sengaja tak mengacuhkannya selama dua hari.

rolandeep:
Mabar, nggak?

Sekarang, Maira baru berniat menanggapi. Tak apa, kalau kata orang, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

myra.coon:
Yuk.

Awalnya, Maira berpikir kalau balasannya yang sekarang sudah basi. Belum tentu juga Rolan akan mengajaknya bermain lagi, kan? Namun, respons cepat dari sang lelaki seketika mengubah persepsinya.

rolandeep:
Nanti sekalian pas kamu live aja.

Bersiap menggerakkan jempol, Maira berniat membalas pesan lelaki itu, jika saja tak ada panggilan yang mendadak masuk. Heran, ia spontan mengerutkan dahi kala mengetahui siapa sosok yang menghubunginya. Mama? ucap gadis itu dalam hati.

"Halo, Ma." Meskipun masih tersisa rasa sebal, tetapi Maira sadar betul dengan posisinya sebagai anak. Seandainya benar ada hal penting, maka ia akan sangat menyesal karena menolak panggilan ibunya.

"Dedek," panggil sang ibu.

"Gimana kabarnya di sana, Nak? Tabungan Dedek masih, cukup, nggak?" lanjutnya, bertanya.

"Aman, kok, Ma. Semuanya baik-baik aja."

"Syukurlah kalau gitu," timpal Ibu Maira, "tapi Dedek kapan pulang?"

Maira membisu sejenak, sebelum pada akhirnya menjawab. "Belum tau, Ma."

"Huh ..., ya, udah, nggak papa. Mama ngerti, sekarang Dedek pasti masih sibuk ngurusin game itu."

"Mama udah sempet liat beritanya di TV, kok. Katanya, memang lagi viral dan bisa menghasilkan uang," sambungnya.

Mendengar respons berbeda terkait game, raut wajah Maira berubah semringah. Ah, mungkinkah wanita itu sudah mulai memahami keinginannya?

"Tapi, meskipun begitu, tetep aja yang namanya game, tuh, nggak akan ada masa depannya."

Lenyap, lengkungan manis yang sempat hadir di bibir Maira gagal terukir sempurna. Gadis itu dibuat bungkam, seolah-olah tertampar oleh kenyataan, mengingat perkataan sang ibu berikutnya sukses meruntuhkan asa.

Calcoon vs Everybody ✔️ [END]Where stories live. Discover now