🎮 08 • Kagok 🎮

20 4 0
                                    

Kalau bukan karena kagok, mungkin sekarang Maira sudah bisa merebahkan diri guna melepas lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau bukan karena kagok, mungkin sekarang Maira sudah bisa merebahkan diri guna melepas lelah. Nahas, ia tak kuasa menolak ajakan untuk berkunjung ke rumah baru Rani. Terlebih, wanita itu yang memintanya secara langsung.

"Main dulu ke rumah, atuh. Sombong gitu sekarang, mah."

Kini, ia terpaksa duduk canggung di jok belakang bersama kantong belanjaan. Baiklah, ini entah hanya perasaannya saja, atau memang sejak tadi Awan diam-diam curi pandang ke arahnya lewat spion dalam? Ah, sudahlah, memikirkan hal itu hanya akan membuat Maira tambah malu.

Ya, nasib bertemu kenalan, gadis itu tak mau mempertaruhkan nama baik keluarga. Bagaimana persepsi Rani nanti jika Maira sengaja mencari alasan, hingga terkesan enggan berkunjung? Jadi, ia tak punya pilihan selain mengiakan.

"Rencananya Maira mau sampai kapan ada di Jakarta?"

Kurang fokus menangkap suara Rani, Maira refleks bertanya sambil memiringkan kepala. "Eh, iya, maaf, kenapa, Tante?"

Rani yang berada di jok depan pun tertawa kecil, lantas mengulang kalimatnya. "Kamu sampai kapan ada di Jakarta, Cantik?"

"Oh, ya, ampun," Maira tersenyum ragu, "kalau itu ..., Maira juga belum tau, Tante." Mungkin, itu jawaban sementara yang dapat ia berikan selama ketidakpastian masih menggentayangi.

"Oh, gitu. Tadinya, kalau masih lama, Tante mau ngajak kamu nginep di rumah."

"Aduh, bukannya nggak mau, Tante," timpal Maira, "tapi Maira lagi fokus UTBK."

"Kalau Maira nginep di rumah Tante, bisa-bisa Maira ketagihan main, nanti ujung-ujungnya malah nggak belajar," sambungnya, berdalih, diiringi tawa sumbang.

"Eh, iya, loh, astaga, Tante lupa!" Rani menepuk dahinya pelan, kemudian tersenyum geli. "Maafin, ya, memang faktor umur, gini, nih, jadinya."

"Ehmm ..., kamu kebagian sesi dua berarti, ya?" lanjutnya, bertanya.

Setelah mendapat anggukan dari Maira, Rani langsung memberikan komentarnya. "Semangat, ya, Cantik. Tante yakin kamu, mah, pasti masuk, lah."

"Amin." Maira hanya mampu menampilkan deretan gigi putihnya.

"Ngambil jurusan apa, nih?"

Rani tampak asyik mencecar Maira dengan banyak pertanyaan, sementara yang ditanya harus pintar mengarang cerita. Dalam hati, Maira berharap semoga topik seputar UTBK itu berhenti supaya ia tak perlu repot mengukir lebih banyak kebohongan.

"Kedokteran, Tante." Dipaksa, tambahnya dalam hati.

"Wih, keren, lah!" Rani memuji. "Dari dulu sampe sekarang, kedokteran, tuh, memang udah paling top markotop."

Tanpa diduga, si pengemudi mendadak ikut nimbrung. "Bareng, yuk, bareng, yuk," ajak Awan, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan karena masih berkonsentrasi untuk menyetir.

Calcoon vs Everybody ✔️ [END]Where stories live. Discover now