KK 18

4.5K 486 9
                                    

........

bugh bugh

"Uhuk-uhuk. Lepaskan Aland Ed, aku mohon" pinta Reza menatap Edgar mendongak dengan tatapan memohon.

"Hoho mari kita lihat, apakah sorang Edgar akan kembali luluh dengan tatapan Reza" bisik Sean pada Jayden, karena sedari tadi mereka berdua hanya menyaksikan Edgar yang meluapkan amarahnya pada Reza yang tangan dan kakinya terantai dengan rantai yang menempel pada dinding.

"Ada ada aja, tapi bener juga aku juga penasaran" balas Jayden tak kalah berbisik.

Fyi, mereka berempat adalah teman semasa kuliah di Inggris dulu, hingga kemudian memilih melanjutkan karir mereka di negara yang berbeda.

Hari ini adalah hari dimana keempatnya bisa berkumpul secara bersamaan setelah beberapa tahun silam.

"Aland Aland terus, setidaknya pikirkan keselamatan kamu disini!" geram Edgar melihat Reza yang sepertinya benar benar tidak peduli dengan hidup dan matinya.

"Wkwkwk, khawatir tuh" bisik penonton 1 (Sean).

"Gengsi gede bener, menarik nih" balas penonton 2 (Jayden).

"Tolong, lepaskan anakku" pinta Reza sekali lagi.

Edgar mengangkat sudut bibirnya sebelah membentuk senyuman miring. "Lepaskan? ya kalau dia masih hidup. Seperti yang aku bilang di awal, nyawa dibalas nyawa" ucapnya penuh penekanan membuat Reza terdiam.

"FUCK! YANG BENAR SAJA! SUDAH AKU BILANG ALAND TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN INI SEMUA! BAHKAN DIA SAMA SEKALI TIDAK TAU APA YANG AKU LAKUKAN SAMA KALIAN!" marah Reza bengkit dari duduknya mengabaikan rasa sakit di sekujur badannya. Namun pergerakannya harus tertahan karena rantai yang membelenggu pergerakan tangan dan kakinya tidak mengizinkan dia melangkah lebih jauh.

"Hiks A-aland?" tangis Reza tumpah, dia keburu negatif thingking untuk memahami apa yang Edgar katakan tadi, 'nyawa dibalas nyawa' apa artinya Aland...?

Sean merasa iba sebenarnya melihat Reza seperti itu, tetapi dia harus menahan perasaannya untuk memberikan Reza pelajaran dan untuk mengetahui apa motifnya.

"Ed" panggil Sean membuat Edgar mengangguk mengerti. Edgar ikutan menghela nafas dan meraup wajahnya kasar.

"Duduklah lagi za, tenang sedikit kontrol emosimu, itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri!"

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG! Setidaknya beri aku informasi tentang kondisi Aland saat ini" marah Reza dilanjut lirihan di ahir kalimat.

"Dia baik baik saja, setidaknya kondisimu mungkin lebih baik dari dia saat dia pertama kali kemari" ucap Sean pada akhirnya, dia tidak tahan melihat muka putus asa yang Reza keluarkan.

Dia tidak berbohong kan? kondisi Aland saat pertama kali kesini lebih buruk dari kondisi Reza saat ini? ditambah Aland saat itu juga mendapat luka tembak kan? walaupun pelurunya tidak sepenuhnya masuk.

Ya walaupun sekarang Aland berada di kamar mewah di kediaman Andreas yang penuh pengawasan, tapi fakta yang Sean katakan benar kok.

"Eh darimana dia tau?"

"Sial" geram Reza mengepalkan tanganya, badannya saat ini saja sudah sakit disekujur tubuh. Dan Sean mengatakan kondisinya lebih baik dari Aland? apa Aland mengalami hal yang lebih parah dari dirinya saat ini?

"Sudah? Anakmu masih hidup, itu cukup kan? sekarang mari bicarakan masalah kita" ucap Edgar datar.

Reza mengangguk pasrah, Aland masih hidup saja sudah membuat dirinya lega. Walaupun belum mengetahui kondisi Aland saat ini.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now