KK 37

3.9K 421 15
                                    

............

"Kok jam segini baru mandi sih? gabaik buat kesehatan Al, jangan diulangi lagi ya" ucap Reza begitu melihat anaknya keluar dari kamar mandi menggunakan celana dan kaos lengan pendek dengan tangan yang memegang handuk untuk mengeringkan rambutnya.

"Ayah disini? sejak kapan?" ujar Aland berjalan mendekat.

"Ayah bantu keringkan ya" tawar Reza membuat Aland mengangguk dan mendudukan dirinya di lantai, sementara Reza duduk di sofa mengeringkan kepala anaknya dengan handuk yang dibawa Aland tadi.

"Ayah belum jawab pertanyaan Al, sejak kapan ayah disini?"

"Belum lama, jangan mandi malem malem Al"

"Masih jam 8 juga, belum malem banget" jawab Aland mendongakkan kepalanya kebelakang untuk melihat wajah Reza diatasanya.

Reza menghela nafas, mencubit hidung anaknya pelan, "Dibilangin juga"

"Iya iya. Kenapa ayah kesini? ada perlu?"

"Banyak Al, banyak yang ingin ayah tanyakan sama kamu. Ayah bener bener ngerasa ga berguna buat kamu" ujar Reza menatap anaknya sendu.

"Ayah ngomong apaan sih? kan udah Al bilang lupakan yang lalu, masa lalu ga bakal bisa rubah masa depan yah. Habis denger apa sampai ngomong kaya gini? pasti ada alesannya kan?"

Reza tersenyum miris, "Ayah gatau apa apa tentang kamu Al, maaf"

"Ayah mau tau apa? Al kasi tau sekarang tapi jangan ngomong kaya gitu terus"

Reza tersenyum, tangannya terulur menyentuh pipi Aland yang sedari tadi mendongak untuk menatapnya, "Duduk sini" ucapnya membuat Aland menuruti dirinya.

"Kamu mau perusahaan ayah?" tanya Reza tiba tiba membuat Aland terkejut, "Maksudnya?" tanyanya benar benar tidak tau.

"Kamu mau ikut serta dalam perusahaan ayah? ayah denger dari Daddymu kamu bisa mengurus perusahaan. Ayah jadi berfikir sepertinya kamu kemarin masuk kedokteran dan berkeja di rumah sakit bukan karena keinginan kamu, apa karena ayah?"

"Ngawur, ga kok. Al dari awal tertarik kesitu. Al gamau ikut bisnis ayah itu. Lagian ada bang Arkan sama Vano juga. Buat mereka aja, Al di rumah sakit" jelas Aland paham apa yang menjadi kekhawatiran ayahnya.

Reza sedikit bernafas lega, setidaknya itu memang keinginan anaknya. Dia takut Aland melakukan hal yang bukan keinginan anak itu sendiri.

"Ayah juga tau Al masuk ke bidang itu atas keinginan Al sendiri. Malah ayah yang agak lain, kenapa waktu Al lulus ayah malah paksa Al berkontribusi ke rumah sakit ayah?

Padahal setau Al, sebelumnya ayah gaada bisnis rumah sakit atau apapun yang berhubungan dengan kesehatan" ujar Aland.

"Karena ayah hanya ingin dekat dengan kamu, ayah takut kamu pergi jauh setelah menyelesaikan studymu kala itu. Maaf ya karena ngebuat kamu terpaksa berkeja disana" ujar Reza tulus.

"Engga terpaksa juga, lagian sudah lama banget Al gaada kerja disana lagi sejak kejadian itu. Btw yang kerja Cakra sih, bukan Al. Cakra ada ambil alih tubuh Al sebelum Al lulus. Jadi Cakra yang selesain dan lakuin semuanya" jelas Aland membuat Reza mengangguk.

"Sekarang Cakra?"

"Maaf, Al belum berhasil bujuk dia yah" ujar Aland penuh sesal membuat Reza mengusak rambut anaknya pelan, "Gapapa, ayah bakal tunggu sampai kapanpun"

"Jadi Cakra sudah begitu lama? kenapa ayah tidak menyadarinya"

Aland mengangguk, "Sekitar 2 setengah tahun yang lalu kayanya, tiba tiba saja Al gabisa kontrol tubuh ini. Terus yang Al tau, Cakra yang ambil alih semuanya. Itu pertama kalinya Al tau Cakra, karena saat itu Al bener bener ga inget sesuatu" jelas sang anak, lagi lagi Reza merasa bersalah mendengarnya. Andai saja dia tidak menjauhkan Aland darinya, mungkin dia bisa mendampingi anaknya saat situasi itu.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now