KK 20

5K 524 6
                                    

..........

"Ayo Cakra, keburu nanti Liam datang"

"Oke oke, gue izin cari masa lalu lo ya" ucap Aland/Cakra (ini gue sebenernya bingung pakai Aland atau Cakra) lalu berkutat pada ponsel Liam.

Bodoamat tentang nanti ketahuan dari history karena ponsel ini menggunakan wifi di kediaman ini, resiko ketahuan bisa dipikir belakangan, yang terpenting sekarang dia tau masa lalu tubuh ini dulu.

Baru saja login menggunakan akun OdEy milik Aland, ponsel ditangannya direbut secara paksa. Aland mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang merebut ponsel dari tangannya, dia menghela nafas, belum juga dapat informasi apa apa, pupus sudah harapannya.

"Baru juga dipegangin ponsel sebentar" ujar sang perebut ponsel dengan nada malas melihat layar yang masih menyala. Aland hanya diam, kalau boleh jujur sekarang dia deg degan.

"Tadi Liam meminta saya mengawasi kamu selama kamu menelpon, tidak saya sangka kamu melakukannya" ujar Ryno menatap Aland yang juga menatapnya lurus.

Aland menghela nafas lesu, pupus sudah harapannya mencari masa lalu tubuh ini, jika sudah seperti ini mereka tidak akan membiarkan Aland memegang alat komunikasi lagi, pikirnya.

"kenapa? padahal kamu hanya tinggal hidup tenang di kediaman ini. Tunggulah sampai para orang dewasa menyelesaikan masalah mereka, kamu juga tidak rugi berada disini Aland"

"Sorry Al" batin Aland merasa bersalah pada Aland asli karena belum mendapat informasi apapun.

"Apa saya juga harus diam disaat saya benar benar tidak tau apa yang terjadi sebenarnya? Bahkan saya tidak tau alasan tuan Axel manahan saya disini" ucap Aland, Ryno terdengar menghela nafas lalu keluar dari kamar Aland dengan ponsel Liam ditangannya.

Aland menatap kepergian Ryno yang lama-lama menghilang karena pintu kamarnya ditutup, dia yakin saat ini pintu kamar itu dikunci, terbukti dari suaranya. Sekarang dia benar benar tidak bisa keluar dari ruangan itu.

Jika Axel mengetahui ini, pasti dirinya tidak akan sebebas sebelumnya lagi. Mereka sudah memberi kepercayaan penuh pada Aland awalnya, namun dengan ini mungkin mereka akan ragu.

"Al, gimana kalau kita kabur aja dari sini?" pikir Aland mendapat sebuah ide.

"Kamu gila?! memangnya bisa?"

"Lo ngeremehin gue?"

Aland asli menghela nafas mendengarnya, "Bukan begitu, hanya saja ini di kediaman Andreas Cakra, tidak mungkin penjagaan disini bisa di terobos semudah itu"

"Tapi jika kita hanya disini, kita tidak akan mendapat informasi apa apa. Gue sungguh penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Apa lo gak mau tau apa yang terjadi?" tanya Cakra membuat Aland asli terdiam.

"Mau"

"Nah, mari kita kabur dari sini dan cari tau semua yang terjadi"

"Tapi, kenapa kamu menanyakannya padaku?" tanya Aland asli sedikit merasa heran.

"Apa?"

"Kenapa sekarang jika kamu memutuskan sesuatu, kamu selalu menanyakan pendapatku. Kamu bisa melalukan semuanya sesukamu seperti yang sudah sudah"

Cakra yang mendengarnya menghela nafas, "Kita sudah sepakat menggunakan raga ini bersama sama. Jadi keputusanku itu juga keputusanmu. Apapun yang mau gue lakuin, lo juga harus tau dan setuju"

"Maaf" jawab Aland nyaris tidak terdengar di kepala tubuh Aland/ Cakra.

Cakra menghela nafas, jiwa Aland asli memang belum stabil. Jika perasaannya gundah sedikit, dia tidak lagi bisa berkomunikasi dengan dunia luar.

Kalandra Kavelo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang