KK 33

4.1K 478 15
                                    

..........

"Surga ya? eh atau malah neraka? Tapi masa iya neraka seindah ini?" guman Reza berjalan tanpa arah di hamparan bunga yang luasanya tidak terbatas.

"Ini warteg" suara yang datang bersamaan dengan munculnya wanita yang sungguh rupawan dengan dress putih selutut.

"Oh, beneran surga ternyata. Ada bidadari" ujar Reza mendekat ke arag wanita cantik dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. "Miss you" ujarnya memeluk wanita itu hingga membuat dia terkekeh dan membalas pelukan sang suami.

"Manja banget, udah jadi ayah 5 anak juga, eh 5 atau 4 nih" ucap Rani melepas pelukan sang suami dan menariknya untuk duduk di atas rerumputan.

"10 gapapa sih, mau buat lagi?" dengan refleks Rani memukul mulut sang suami pelan.

"Heh cocotnya, udah jadi arwah gini mau buat anak, bisa kah?" mereka berdua terkekeh bersamaan. "Jadi beneran nih aku dah mati?" tanya Reza santai.

"Padahal belum jadi minta maaf yang bener sama anakku, btw Ansel mana nih?"

"Loh, kok ga gede gede masih aja segini" ujar Reza melihat anak sulungnya yang entah muncul dari mana.

"Ye ayah, disini tu awet muda tau. Kalau meninggal dulu masi muda juga muda terus, lumayan lah jadi masih unyu unyu anak ayah ini" jawab Ansel bangga.

"Adekmu dah besar noh, tinggi dia kayanya dari kamu. Kasian, abang kok pendek"

"Bun.." adu sang anak pada bundanya.

Rani terkekeh, "Gapapa, kalian sama sama anak bunda, ayah kamu malah yang bukan darah daging bunda" Reza mencibik.

"Kan aku suamimu, didalam tubuh anak anak kita juga ada darahku tuh"

"Eh sorry ni ye yah, Ansel udah gapunya darah. Jadi udah bukan anak situ lagi"

"Serah deh, namanya mantan anak tu gaada" ujar Reza gemas mencubit hidung anaknya lalu memeluknya erat, rindu sekali rasanya.

"Ini beneran udah di surga kah?" tanya Reza yang masih heran, pasalnya dia juga baru menemui istri dan anaknya kali ini, entah hanya imajinasi atau dirinya memang sudah meninggal.

"Surga gamau nerima ayah kali, siapa suruh buat ade Ansel salah paham"

"Heh abang mulutnya" marah sang bunda mendengar ucapan anak sulungnya.

"Canda bun"

"Mas mau mati?" pertanyaan dari Rani membuat Reza melotot terkejut, "Buset mulutnya" Rani terkekeh.

"Belum, masih banyak yang harus mas lakukan disana. Untuk Aland terutama, kasian mereka salah paham selama ini. Kenapa juga sih harus gitu?" jawab Rani.

"Maaf" ujar Reza penuh sesal membuat Rani mengelus rambut suaminya, "Perbaiki ya mas, buat anak anak kita bahagia. Kita berdua belum bisa tenang jika Aland belum bahagia, makanya kami masih disini" lanjut sang istri.

Reza mendongak lalu mengangguk yakin, "Akan ku buat Aland dan Cakra bahagia, kematian kamu sudah dibalaskan bang Axel. Kaget, ternyata selama ini Aland bareng sama pamannya sendiri" lagi lagi Rani terkekeh mendengarnya, suaminya masih belum brubah.

"Mas" panggil Rani membuat Reza lagi lagi menatapnya, "Jangan kamu sia siakan juga mereka berdua" ujar Rani lembut, Reza paham.

"Arkan dan Vano juga sudah menjadi anakku sayang, sama seperti Aland, Cakra dan Ansel" ucap Reza menatap keduanya lembut. "Maaf sudah mengambil langkah tanpa persetujuanmu"

"Ya kan dah mati, mau minta persetujuan dimana? makam? ga bakal ada yang jawab!" sarkas Ansel membuat Reza mencibik, menganggu suasana pikirnya.

"Gapapa, kalau aku disana juga bakal setuju sama mas. Mereka berdua juga pantas mendapat kasih sayang. Jaga mereka baik baik ya, jangan sampai mereka merasa sendirian" ucap Rani.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now