KK 36

4.1K 443 20
                                    

..........

Hening, itulah yang bisa digambarkan dalam situasi kali ini. Seperti kata Axel, Edgar datang tepat setelah Reza menyelesaikan makannya. Syukurlah anak anak belum kembali.

Edgar menatap Reza datar, sementara yang ditatapnya menatap Edgar balik, banyak arti yang terirat dari tatapan itu. Devi dan Axel memutuskan untuk diam menonton dari sofa.

"Ed-"

"Jay sudah mati" potong Edgar cepat, Reza kaget dia tidak menduga Edgar akan mengatakan demikian. Dia memilih mengangguk sebagai respon.

"Tinggal masalah kita za" ucap Edgar semabari mengeluarkan pistol yang entah dia sembunyikan dimana dan mengarahkannya pada Reza.

Reza diam, dirinya ingat Edgar pernah mengatakan mereka mereka akan bersama sama menyelesaikan masalah pengadu domba terlebih dahulu, Jayden. Setelah itu masalah dirinya yang dalam artian lain penyebab istri serta anak kedua Edgar meninggal.

Tidak bisa Reza sangkal, memang benar itu kenyataannya. "Terserah, apapun tapi tolong jangan nyawa" balas Reza lirih. Beberapa hari yang lalu dirinya tak gentar jika harus kehilangan nyawa untuk anak anaknya.

Namun saat melihat ketiga anaknya akur dan Aland yang sudah memaafkan dirinya, Reza jadi tidak rela meninggalkan dunia ini sebelum merasa puas bersama mereka sampai akhir hanyatnya.

Edgar tersenyum smrik, "Heh? kenapa? Bukankah beberapa waktu yang lalu kamu dengan mudahnya menawarkan nyawamu?"

"Aku mohon, aku baru mulai baikan dengan Aland. Aku bahkan belum sempat membuat momen bahagia dengannya setelah beberapa tahun. Please Ed, setidaknya tunda beberapa bulan lagi"

Edgar yang awalnya terlihat tenang, setelah mendengar kalimat terakhir dari Reza dirinya kembali dibuat kesal.

Axel menatapnya dalam diam. Dia tau apa yang akan terjadi, dia menarik sudut bibirnya sedikit membentuk senyuman.

"Kenapa kamu tidak juga paham za" ujar Edgar setelah menghela nafas panjang. Edgar kembali menyimpan pistolnya dan berjalan mendekati Reza.

"Nyawa bukan satu hal yang pantas dipertaruhkan, kenapa kamu tak juga paham?" ujar Edgar memukul bahu Reza pelan.

Reza menatap Edgar dengan tatapan cengonya, "Kamu punya anak za, kamu punya orang yang mengaharapkanmu kembali jika kamu pergi. Termasuk aku, jangan mudah memberikan nyawamu pada orang lain, apa kamu pikir mereka akan senang jika kamu berkorban untunknya? bisa kamu bayangkan perasaan mereka?" ujar Edgar panjang lebar, Devi dan Axel tidak bisa menahan untuk mengukir sebuah senyuman diwajah mereka.

"Tapi is-"

"Kematian itu takdir, itulah yang aku pelajari dari anak bungsuku. Dia mau memafkanku biarpun aku sudah memeperlakukannya dengan buruk selama bertahun tahun. Aku kesal denganmu tentu saja, tapi cukup Jay, aku tidak ingin kehilangan kamu juga"

"Ed" Reza sampai tidak bisa berkata kata mendengar ungkapan yang Edgar katakan, sungguh ini diluar dugaanya.

"Aku sudah mengikhlaskan mereka, jika aku mengikuti hasratku untuk balas dendam, hanya kepuasan yang aku dapat. Aku tidak akan mendapat hal lain, aku juga bakal kehilangan temanku. Istri dan anakku pasti paham, aku yakin"

"Well, sejak kapan seorang Edgar Gionino Fernandez memilih menyelesaikan masalah secara damai?" ujar Sean yang baru saja datang dengan santainya merusak momen haru.

Edgar menatap Sean sengit dan Reza yang menghela nafas, "Aku sangat berterimakasih, kamu boleh memukulku sampai kamu puas tapi jangan sampai mati. Besok kalau aku sudah sembuh tapi, karna kalau kamu memukulku sekarang kayanya bakal mati juga" ujar Reza menatap dadanya yang tertutupi baju rumah sakit.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now