KK 34

3.9K 508 35
                                    

..........

Ini sudah menginjak hari kedua setelah Reza sadarkan diri dari acara tidur panjangnya, dia sudah bisa duduk dan lebih banyak bergerak maupun berbicara dari sebelumnya.

"Kamu ngga kuliah emang?" tanya Reza pada Vano yang duduk di sofa sambil memainkan poselnya. Pasalnya anak itu Reza lihat selalu menemaninya kapanpun itu sejak dia sadar.

"Nggak ada kelas" jawab Vano, "Bohong, dia bolos yah" sahut Arkan yang baru saja masuk membawa nampan makanan rumah sakit, tadi ia bertemu suster yang ingin mengantarkan Reza makan siang didepan pintu.

Reza menghela nafas, "Kamu pergilah tidak apa Van, ayah tidak dijaga juga bakal tetep hidup" ujar Reza mencoba membuat anaknya mengerti.

"Bosen juga ayah lihat kamu sebenarnya" lanjut Reza dengan nada agak pelan membuat Arkan terkekeh mendengarnya. "Makan siang yah" ujar Arkan memberikan nampan yang dia bawa diatas nakas, kemudian menaruh meja di atas kaki Reza begitupula nampan yang dia bawa tadi.

"Bubur? bosen" adu Reza menatap makanan didepannya tanpa minat. "Makanan rumah sakit tu sehat, biar cepet sembuh yah. Bosen juga Arkan lihat ayah disini terus" jawab sang anak membuat ayahnya mendengus sebal.

"Apa aja gitu, selain bubur" ujar Reza mengaduk aduk bubur didepannya, ragu untuk memakannya. "Manja amat kek anak kecil" sahut seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk ke ruang rawat Reza membuatnya tersenyum cerah.

"Kak....." ujar Reza menatap makanan yang dibawa Devi dengan binar.

Arkan dan Vano langsung menundukkan kepalanya sopan, Devi hanya bisa tersenyum menanggapi respon keduanya.

"Nih, jangan buat anak anak kamu repot karena sikapmu, dah tua juga" ujar Devi memberikan rantang makanan di meja Reza dan menyingkirkan bubur yang ada disana.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Reza langsung membuka makanan itu. Matanya berbinar seketika melihat makanan selain bubur yang akan masuk ke mulutnya. "Akhirnya" guman Reza yang segera memakan makanannya dengan tenang.

"Kalian sudah makan?" tanya Devi menatap kedua anak Reza yang membuat Arkan dan Vano mengangguk cepat.

"Arkan ya? bisa bicara sebentar?" tanya Devi membuat jantung sang pemilik nama berdetak dua kali lebih cepat. Ini kali kedua dia melihat Devi secara langsung, namun baru kali ini Devi mengajaknya berbicara, canggung sekali rasanya.

"M-maaf?" ucap Arkan karena merasa tidak yakin jika nyonya Andreas ini sedang mengajaknya berbicara. "Ayo" ajak Devi tanpa basa basi keluar dari sana mengabaikan Reza yang sepertinya sangat fokus memakan makanannya tanpa menatap sekeliling.

Arkan menatap adiknya yang mengangguk, memberi kode untuk mengikutinya saja. Arkan berjalan mengikuti langkah anggun wanita yang masih cantik itu dengan detak jantung yang tidak karuan.

Sesampainya mereka diluar, Devi duduk terlebih dahulu di kursi yang sudah tersedia disana, lalu memberi kode untuk Arkan ikut duduk disebelahnya, Arkan hanya mengikutinya sambil mencoba terlihat biasa saja.

"Tidak perlu tegang, sudah tau siapa saya?" ujar Devi melihat mata Arkan yang nampak tidak fokus, Arkan mengangguk, "Nyonya Andreas?" jawab Arkan namun malah terkesan bertanya, Devi terkekeh mendengarnya.

"Kamu dan adikmu juga anak Reza, berarti keponakan saya juga. Kamu bisa panggil tante atau mommy sama seperti Liam tidak apa apa, senyaman kamu saja, jangan terlalu formal oke?"

Arkan kaget mendengarnya, ia kira diajak kesini untuk diceramahi atau apa, ternyata.... tidak ia duga jika sosok wanita yang terkesan elegan ini juga memiliki hati yang baik sama seperti ayahnya.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now