KK 19

4.7K 507 13
                                    

...........

Dor dor dor, suara yang  keluar akibat Reza menekan pelatuk pistol yang dipegangnya.

Hening...

"Huh, memang salah aku memberikan kepercayaan padamu za" ujar Edgar memijat pelipisnya pelan.

Berbeda dengan Jayden dan Sean yang sudah dibuat heran dan kaget lantaran hanya ada bunyi tembakan tanpa ada peluru yang keluar dari sana.

"Hah sial" ucap Reza emosi, dia kira pistol itu ada isinya, ternyata..... Dia melempar pistol yang dipegangnya sembarang arah, dan kebetulan mengarah ke Sean, karena Sean cepat tanggap dia menangkapnya tepat sasaran. Jika tidak mungkin kepalanya akan memerah.

"Kenapa? mau bunuh kita juga?" tanya Edgar menatap Reza yang memancarkan aura permusuhan.

Yang ditanya memilih tidak menjawab dan kembali duduk bersadar pada tembok dibelakangnya, "Dih bocil pundung" guman Jayden menggundang gelak tawa Sean disampingnya.

"Bacot! Aku mau ketemu Aland!" ucapnya mentap Edgar penuh tuntutan.

Yang ditatap hanya menatap Reza datar, "Tadinya ingin begitu, tetapi mengetahui niatmu yang juga ingin membunuh kami sepertinya harus di tunda sampai waktu yang tidak terhingga"

"Lalu apa maumu?!" ujar Reza marah, entah kenapa dirinya merasa seperti dipermainkan.

"Nyawamu" jawab Edgar singkat membuat suasana hening sejenak.

"Ambilah, sudah aku bilang silahkan jika kamu mau membunuhku. Tetapi lepaskan Aland dan jangan ganggu anakku yang lain"

Edgar mengangkat sudut bibirnya tersenyum, "Tidak sekarang, kamu harus melalui hal yang sama denganku beberapa tahun ini"

"Apa maksudmu?"

"Sembari aku mencari bukti kebakaran saat itu, kamu sayang ketiga anakmu kan? Tunggulah disini dan lihat mereka menderita" jawab Edgar terkesan datar dan menunjukkan senyum miringnya.

"Jangan sentuh anakku brengsek!" geram Reza namun diabaikan oleh Edgar dan memilih keluar dari sana, "EDGARR!! AEGHH!! SIALAN!" maki Reza menendang tembok belakangnya.

Sean dan Jayden yang melihatnya hanya meringis membayangkan, tembok? ditendang? gilakah?

"Kalian, kalian mau bantuin gue kan? tolong lindungi anak anakku" pinta Reza sadar diruangan itu masih ada kedua temannya, eh teman?

Mereka sebenarnya merasa iba, sebegitu sayangnya kah Reza dengan anak anaknya sampai tidak khawatir keberadaanya disinu? dan agak bingung juga dengan situasi sekarang. Namun sepertinya ini masalah antara keduanya, mereka tidak akan ikut campur lebih jauh.

"Maaf, tapi kayanya keputusan Edgar benar. Jaga dirimu za" ujar Sean membuat harapan Reza runtuh seketika. Punggung Sean sudah tidak terlihat lagi bersamaan dengan pintu yang tertutup, kini ruangan yang awalnya berisi 4 orang tersisa 2 orang.

"Apa?!" sarkas Reza melihat Jayden yang menatapnya miris. Jayden menghela nafas dan berjalan mendekati Reza, "Lo salah cari masalah Za, lo tau kan Edgar orangnya gimana? semoga anak-anakmu benar benar tidak apa apa" ujarnya memberi tepukan ringan di bahu Reza.

"Gue hanya mau balas dendam, apa itu salah? dia sudah membuat Rani dan Ansel meninggal Jay" balas Reza frustasi.

"Aku yakin ini ada kesalahpahaman, dan ada yang mencoba mengadu domba kalian berdua. Bertahun tahun kita mengenal Edgar, dia bukan tipe orang yang akan berbuat seperti itu, apalagi lo salah satu orang yang Edgar anggap saudara juga" ucap Jayden mencoba memberi Reza pengertian.

Reza terdiam dibuatnya, perkataan Jayden membuatnya ingat akan suatu memori di masa lalu. "Tapi gue punya buktinya" balas Reza lirih.

"Arkan dan Vano tau akan hal ini?" tanya Jayden membuat Reza menggeleng. "Gue juga akan berusaha mencari informasi sebenarnya dibalik kejadian itu, dan jika memang benar bukan Edgar pelakunya, gue bener bener gabisa bantu apa apa, kita sama sama tau juga apa yang akan Edgar lakukan"

Kalandra Kavelo [End]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora