KK 28

4.7K 483 8
                                    

..........

"Kita sudah bahas ini berkali kali, stop!" ujar Vano kesal karena ayahnya yang terus saja memceramahi dirinya dan abangnya panjang lebar.

Reza memijat pelipisnya pelan, "Padahal kan kalian lebih baik tidak disini, birkan ayah menyelesaikannya sendirian"

"Argh, sakit woi" jerit Reza karena Arkan bukannya mengganti perban ditangannya malah menekankan sisi tangannya lantaran jengah.

"Kalau bisa keluar juga kita mau keluar, cari buktinya biar beres cepet" ujar Arkan tanpa minat, kembali melanjutkan aktifitasnya mengganti perban dilengan sang ayah.

"Kabur lah, ezz bro" Arkan dan Vano jangan dengan ayahnya yang sangat terkesan chill bro. Bagaimana mereka bisa kabur, tempat ini dijaga dengan ketat oleh anak buah Edgar, saat ini saja hanya mengganti perban, banyak pasang mata yang menatap mereka.

"Aland gimana ya?" cletuk Vano merebut atensi keduanya. Sudah hari kedua mereka disini tapi tidak melihat Aland sama sekali. Tiha tiba Reza tersenyum kecut, mereka berdua tau jika Reza sebenernya juga sangat riasu.

Tetapi dia menampilkan wajah baik baik saja didepan kedua anaknya yang lain. Dia takut membuat Arkan dan Vano semakin khawatir dan kepikiran, walaupun tanpa dia sadari sikapnya yang menutupi sesuatu itu membuat kedua anaknya yang lain merasa tidak nyaman.

"Pasti dia baik baik saja, anak ayah kan pinter jaga diri" ujar Reza dengan niat menenangkan kedua anaknya, padahal dirinya sendiri juga ragu saat mengatakan hal itu.

"Hey bro" sapa seseorang yang baru masuk ruangan membuat Reza dan kedua anaknya menatap kearah pintu.

"Nih sarapan" ucap Jayden meletakan kantung kresek di tempat tidur Reza. Fyi setelah tembakan lengan kala itu, Reza dipindah ke ruangan yang ada ranjangnya karena perlu diinfus dengan satu kaki yang terbelenggu dengan rantai panjang yang ujungnya tertanam di tembok.

"Mereka anak lo ya?" tanya Jayden menatap Arkan dan Vano, walau sudah mendengar beritanya, ia baru sempat kesini pagi ini, jadi dia baru melihat dua anak Reza yang lain saat ini.

Arkan mengangguk mewakili, "Arkan" ujarnya mengenalkan diri diikuti adiknya, "Vano", Jayden mengangguk mengiyakan dirinya tidak perlu mengenalkan diri kan?

"Lengan lo gimana za? kaget gue waktu denger Edgar sampe gitu, gue kira dia ga bakal nyakitin lo mengingat kedekatan kalian dulu" ujar Jayden jujur, waktu dirinya mendapat kabar Edgar menembak Reza terbesit rasa tidak percaya. Dia ingin datang, tapi dia memiliki urusan diluar kota yang tidak bisa ditinggalkan.

Reza menunduk sambil tersenyum kecut, dirinya benar benar merasa bersalah ketika mengingat Edgar. Sampai saat ini setelah Edgar melayangkan satu tembakan padanya, Reza sama sekali belum melihat ataupun menatap Edgar, dirinya tidak yakin Edgar masih akan memberinya pengampunan.

"Bahkan luka ini tidak seberapa" ucap Reza lirih melirik perban ditangannya.

"Jangan terlalu dipikirin, makan gih" ujar Jayden tersenyum tipis, dirinya ikut duduk di ranjang dan menyentuh dahi Reza hanya untuk sekedar memastikan suhu tubuhnya, karena dia dengar kemarin Reza demam kan? Ternyata sudah normal, Jayden tersenyum.

Reza mendongak, "Lo tau Aland nggak?" tanyanya cepat. "Makan dulu za, ayo kalian juga" Jayden mengambil kresek yang diletakannya tadi dan membukanya, memberikan masing masing satu pada Reza dan kedua anaknya.

"Jay" panggil Reza sekali lagi, dirinya sungguh ingin mengetahui kondisi anaknya yang tidak ada disini, dia hanya terus terusan mendengar Aland baik bak saja tanpa ada bukti nyata.

Jayden menghela nafas melihat tatapan Reza, "Habis makan gue janji bakal beritahu kondisi Aland" ujar Jayden pada akhirnya, tidak apa apa kan? Axel juga mengatakan jika hari ini atau besok dirinya akan membawa Aland kemari?

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now