KK 26

3.8K 462 6
                                    

..........

Aland membuka matanya pelan pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya, dengan spontan dia menggerakan tangannya untuk memijat kepalanya yang terasa agak pusing.

Liam yang kebetulan memang menemani Aland tidur merasa terganggu akan pergerakan disampingnya.

"Al? lo udah bangun?" ujar Liam semangat langsung mendudukan dirinya untuk melihat wajah Aland yang masih nampak pucat.

"L-liam?" tanya Aland merasa tidak yakin dengan apa yang dia lihat saat ini, suaranya terdengar serak nyaris tidak terdengar.

Liam merasa tangan Aland yang disentuhnya terasa hangat, apa yang dikatakan dokter Henry bahwa Aland akan demam itu benar terjadi?

"S-sebentar gue panggilin Mommy aja, gue gapaham" ujar Liam panik langsung beranjak dari sana, sebelum pergi dia sempat melirik jam dinding yag menunjukkan pukul 23 lebih, semoga saja Devi belum tidur.

Setelah kepergian Liam, Aland terlihat mengangkat tangannya. Pandangannya masih buram, dia tidak menyangka hal ini terjadi, "A-aku berhasil Cak" ujarnya dengan air mata yang turun dari kelopak matanya.

Aland tidak menayangka, sekarang dirinya sudah berhasil kembali masuk ke tubuhnya yang tidak bisa ia kendalikan lebih dari dua tahun belakangan ini.

Sejak memori memori asing itu masuk, jiwa Cakra tidak lagi terlihat. Aland juga tidak bisa menemukannya, tiba tiba saja cahaya putih menghampiri Aland ketika mencari Cakra, entah bagaimana caranya pula, dirinya terbangun di tubuhnya sebelumnya.

Setelah tidak merasakan tubuh dan rasa sakit selama ini, Aland sedikit merasa kwalahan menahan pusing yang menyerang kepalanya.

"S-sakit" guman Aland memori memori asing dan suara yang bersahutan masih terus memsuki otaknya dan memperngaruhi perasaannya.

"Liam coba ambilkan kompresan" Devi juga ikut terlihat panik saat memasuki kamar Aland. Liam mengatakan jika Aland terbangun dan badannya panas, benar saja ketika menyentuh kulit anak itu membuat Devi panik.

Liam mengangguk lalu berjalan tergesa menuju dapur untuk mengambil apa yang ibunya minta, ini sudah hampir tengah malam, tidak enak jika meminta pekerja yang ada disana. Saking paniknya sampai melupakan Ryno yang berjaga didepan kamar Aland dengan tatapan bingung.

"Mas tolong bantu gantiin baju Aland dulu" ujar Devi melihat piyama yang Aland pakai sudah basah karena keringat.

Axel yang juga nampak panik mengangguk lalu berjalan menuju Almari yang sudah tersimpan banyak baju Aland karena sudah beberapa hari anak itu tinggal disana.

Aland membuka matanya lagi saat merasa ada yang membuka kancing bajunya, Aland menatap Devi dan Axel dengan tatapan sayu, "B-bunda?" gumannya yang masih dapat didengar oleh Devi dan Axel membuat keduanya tersentak kaget.

"Egh, s-sakit" ujar Aland terlihat gelisah lagi, tangannya ia gerakan untuk memijat pelipisnya berharap rasa sakit di kepalanya hilang.

"Hust" Axel menyingkirkan tangan Aland dan menggantinya dengan tangannya sendiri untuk membantu memijat pelipis anak itu yang terasa hangat.

"Apa kamu ingat sesuatu?" tanya Axel membuat sang istri menatapnya tidak percaya. Kenapa menanyakan hal itu sekarang?

Liam masuk dengan membawa baskom air dan kompresan, Devi dengan cepat meletakan itu di dahi Aland berharap agar suhunya tubuhnya kembali normal.

"Aland makan dulu ya nak, kamu belum makan malam. Setelah itu minum obat. Sebentar tante buatkan bubur ya" ujar Devi hati hati, sebelum dia bangun dari duduknya bi Desi sudah membawa nampan bersisi semangkuk bubur dan air minum.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now