KK 40 [End]

6.7K 513 31
                                    

..........

Hari ini kali kedua Aland menginjakan kakinya ke area pemakaman. Namun berbeda dengan pemakaman yang tadi pagi dia kunjungi bersama Liam.

Seperti rencana pagi tadi, Aland yang mengajak Reza datang ke pemakaman Rani dan Ansel untuk pertama kali. Ini pertama kalinya Aland melihat makam Rani dan Ansel secara langsung.

Arkan dan Vano menatap Reza dan Aland yang menatap dua gundukan tanah yang bersebelahan dengan tatapan penuh arti. Karena ini memang bukan pertama kalinya Arkan dan Vano ke makam ini.

Dulu Reza mengajak mereka untuk sekedar meminta izin pada Rani bahwa dirinya akan mengadopsi anak, tidak akan ada yang menjawab tentu saja.

"Maaf ya, baru bisa bawa kamu kesini setelah bertahun tahun kepergian bunda sama abangmu" ujar Reza mengelus rambut Aland yang sudah berjongkok meletakan bunga yang tadi sudah mereka beli.

Aland tak menjawab, dirinya fokus menatap nisan yang beetuliskan 'Asylla Maharani A.' nama yang cantik, sama seperti tubuh yang terbaring dibawah sana.

"Aku bawa Al kesini, maaf. Aku gatau mau ngomong apa sama kalian selain maaf. Aku juga mau cerita, Cakra ternyata tidak menyerah seperti apa yang aku bilang pada kalian sebelumnya.

Sebelumnya aku memang takut Cakra menyerah karena tidak menunjukkan tanda tanda dia mengambil alih tubuh Aland. Namun aku salah, tenyata dia memang sudah ada di tubuh Aland, hanya saja aku tidak menyadarinya.

Aku akan terus berusaha membuat keluarga kita lebih baik lagi dari sebelumnya, aku janji. Al dan Cakra maupun Arkan dan Vano akan aku jaga sekuat tenaga. Kalian sudah bisa tenang disama, maaf memerlukan waktu yang tidak sebentar" batin Reza menatap dua gundukan tanah dengan tatapan sendu.

"Nda, nama bunda indah sekali. Al kangen nda, masa cuma sekali itu doang bunda nemuin kita di alam bawah sadar. Bunda gamau ketemu kita lagi gitu? Al kangen.

Bang, Al punya ade tau. Sekarang Al dah gajadi bungsu lagi, ternyata enak ya jahilin ade, pantesan abang dulu sering jahilin Al.

Ya walaupun banyak Vano yang jahilin Al sih, kita selisih sebulan katanya. Tapi tetep aja Al jadi abang kan? eh kalau abang sama bang Arkan tuaan siapa ya?" ucap Aland dalam hati. Sudah menjdi kebiasaan jika di makam merema akan berbicara dalam  hati, karena jika dilafalkan takut dikira orang gila.

"Bang" panggil Aland menatap Arkan mendongak membuat mereka bertiga menunduk menatap dirinya yang tiba tiba mengucapkan sesuatu ditengah keheningan yang terjadi.

Arkan menaikan satu alisnya tanda bertanya, "Abang lahir bulan apa?" tanya Aland diluar prediksi.

"September, kenapa?" jawab Arkan namun juga bertanya.

Aland terkekeh, "Gapapa, hasil tahun baruan dong" ucapan Aland membuat mereka terkejut.

"Heh! astaga Al" sahut Reza, namun benar juga eh?

"Bercanda, serius amat"

"September bang, jadi tuaan abang dong. Abang kan April. Jadi susunan anak ayah abang 1.Ansel, 2.Arkan, 3.Aland, 4.Vano. Lah kok nama Vano ngga A sendiri, ga diajak kali ya" batin Aland terkekeh sendiri membuat yang melihatnya mentap heran, namun mereka berpositif thingking mungkin Aland sedang berbicara sesuatu.

"Cerita apa si? kayanya lucu bgt, ga bagi bagi Al?" tany Reza mensejajarkan tingginya dengan Aland diikuti kedua anaknya yang lain.

"Kepo amat, bapak siapa sih?"

"Gatau juga bapak siapa, bapak Ansel doang kali"

Aland lagi lagi terkekeh, "Diem dulu yah, ngomong dalam hati aja. Aland baru fokus semedi" mereka mengangguk memberikan waktu untuk anak itu, karena mereka juga tau banyak yang mungkin akan Aland ceritakan pada mendiang bunda dan abangnya.

Kalandra Kavelo [End]Where stories live. Discover now