PART 14

0 2 0
                                    

Angin berhembus menerbangkan dedaunan dari pepohonan yang rindang dengan seorang pemuda yang berdiri melihat tempat itu sendu.

Dengan langkah pelan pemuda itu pun memasuki tempat itu. Sampai lah dia ke tempat yang dituju lalu sang pemuda itu pun berjongkok.

Pemuda itu mengelus nisan yang bertuliskan nama yang indah sambil mengusap matanya yang tanpa sadar sudah mengeluarkan butiran kristal bening.

"Hai, abang datang lagi." kata Fajar sambil tersenyum tipis.

Ya, pemuda itu adalah Fajar Jovian. Fajar bisa merasakan rasa rindu yang menyeruak didalam dadanya.

"Abang rindu kamu, penyesalan itu masih ada dan abang harap kamu mau memaafkan abang, Tari." kata Fajar sambil mengelus nisan yang bertuliskan Mentari Mellyani Wijaya.

Sudah 9 tahun, penyesalan itu masih ada dan itu akan tetap selalu ada untuk menyiksa Fajar. Ini sangat menyesakan untuk Fajar tapi nyatanya waktu tidak bisa dia putar. Pada akhirnya takdir bertindak dan menyisakan luka dan duka yang mendalam bagi Fajar.

Fajar lelah ingin menyerah tetapi dirinya terlalu waras untuk mengakhiri semua dengan tidak menunggu dijemput. Fajar akan bertahan untuk hal kecil yang selalu menunggunya, memberikan kebahagian kecil yang selalu ditunggu semua orang, dia akan bertahan sedikit lagi.

"Abang akan bertahan sedikit lagi Tari, abang pamit dulu, abang selalu doakan kamu Tari." kata Fajar sambil tersenyum tipis dan berdiri meninggalkan pemakaman itu.

****

Fajar mengendarai motornya dengan kecepatan sedang dan membelokan motornya ke toko kue langganannya. Fajar sedikit membenarkan rambutnya lalu memasuki toko kue tersebut.

"Mba Rara pesen bolu cokelatnya sama donat 5, campur ya topingnya."

"Eh mas Fajar, oke ditunggu ya. lama gak kesini kemana aja?" tanya mba Rara sambil mencatat pesanan Fajar.

"Sibuk dengan tugas sekolah yang tidak ada ujungnya tapi selalu bertambah setiap saatnya." kata Fajar dengan dramatis sambil tangan kirinya memegang dada dan tangan kanannya memegang kepala.

Yang menunjukan seakan-akan itu benar-benar melelahkan, eh tapi EMANG BENEER. Mba Rara yang melihat tingkah Fajar itu tertawa kecil.

"Mas Fajar ada-ada aja."

"Eh tapi ini bener loh mba. Btw mba, boleh minta minum gak? haus banget ini."

Fajar sebenarnya malu tapi dia males sekali jika harus keluar untuk beli minum. Tujuannya dia beli bolu ya buat ngadem sama dapat minum gratis hehe bercanda.

Mba Rara yang mendengar itu tertawa sungguh ada-ada saja pemuda didepannya ini.

"Hahaha tunggu yaa, mba ambil dulu minumnya."

Fajar yang mendengar itu mebinarkan matanya sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Terlihat mba Rara kembali sambil membawa satu gelas air.

Fajar menerima gelas yang disodorkan mba Rara. Fajar pun segera duduk ditempat duduk yang tidak jauh dari situ lalu meminum air tersebut sampai habis tak tersisa.

Beh dahaganya terasa menghilang begitu saja. Fajar pun segera menuju kek mba Rara untuk mengembalikan gelas dan bertepatan pesanannya sudah jadi.

"Ini mas pesanannya, dan ini notanya." kata mba Rara.

"Owh iya, Ini gelasnya mba makasih. Sebentar uangnya......." kata Fajar sambil merogoh sakunya dan menghitung jumlah uangnya lalu memberikan uangnya ke mba Rara.

"Makasih ya mba."

"Sebentar mas ini uangnya lebih."

"Buat bayar air tadi."

"Airnya gak usah mas."

"Ya udah berarti itu rezekinya mba Rara. Kalo gitu Fajar duluan."

"Eh.. Makasih mas." kata mba Rara dibalas senyuman manis Fajar.

Fajar menjalankan motornya membelah jalan menuju rumah Rian dengan kecepatan sedang.


























































Jangan lupa Vote & Komen

Terimakasih.

VEJAROnde histórias criam vida. Descubra agora