PART 23

6 2 0
                                    

Fajar mengendarai motornya dengan kecepatan sedang di jalanan kecil. menyusuri jalan yang tidak begitu rata dan bergelombang.

Fajar menghentikan motornya di depan rumah yang berbahan kayu namun masih layak pakai. Fajar mengetuk pintu rumah tersebut dan disambut anak kecil yang membukakan pintu.

"BANG FAJAR!"

Anak itu berseru senang ketika melihat Fajar yang sedang mengunjungi rumahnya.

"Assalamualaikum Kiki,"

"Waalaikumsalam, sini masuk Abang, Kiki punya makanan yang enak-enak looh." Kata Kiki sambil menarik tangan Fajar kedalam rumah.

"Gimana keadaan Oci,"

"Sudah lebih baik, sekarang adik sedang bobo dikamar."

Fajar dan Kiki menuju ruang tengah, mereka duduk diatas tikar yang memang sudah digelar.

Kiki berlari ke dalam dapur mengambil kue bolu yang sudah dia simpan untuk Fajar.

"Abang ini Kiki punya bolu enak sekali."

"Looh buat Kiki aja, Abang juga bawa buah buat Kiki sama adik,"

"Gak! Abang harus coba, Kiki dikasih bolu sama kakak cantik tadi." Kata Kiki sambil menyodorkan satu potong dihadapan Fajar. Fajar menerima suapan itu dan mengunyah sambil tersenyum manis.

"Enak kan? Apa Kiki bilang." Ucap Kiki dengan percaya diri

Fajar yang mendengar itu terkekeh geli sambil mengusak rambut Kiki.

"Kakak cantik siapa?"

"Kakak cantik penjual bunga, tadi Kiki mau anter uang jualan Kiki tapi kakak cantik malah gak mau terus dikasih bolu enak ini."

Tangan kanan Kiki menunjukan bolu itu berada. Fajar yang mendengarkan itu menganggukkan kepala.

"Berarti itu rezekinya Kiki sama adik."

Kiki mengangguk semangat sambil terus menyuapi Fajar. Fajar tak mempermasalahkan itu justru dia senang disuapi oleh Kiki.

"Abang Kiki nakal ya?" Ucap Kiki tiba-tiba

"Kata siapa? kapan Kiki nakal?"

Mata yang tadinya berbinar sekarang bergantikan sendu yang mendalam yang terlihat dari anak berumur 8 tahun itu.

"Kenapa ibu tingalin Kiki sama adik sendiri disini, padahal Kiki udah minta sama Allah supaya ibu cepet pulang," Isak tangis Kiki mulai terdengar

Fajar yang tak tega membawa Kiki kedalam pelukannya. Fajar mempererat pelukannya memberikan kenyamanan bagi Kiki.

"Kiki kangen ibu hiks,"

"Kiki janji gak nakal lagi,"

"Kiki berusaha jadi Abang yang baik buat adik hikss ibuuu Kiki rindu." Dengan nada bergetar Kiki mengadu pada Fajar.

Hancur sudah pertahanan Fajar, mereka menangis dalam pelukan yang mereka buat. Pada dasarnya saat ini Kiki butuh sandaran  untuk lebih kuat kedepannya.

"Dengar," kata Fajar sambil menghapus air mata Kiki.

"Kiki mau bersabar sebentar? Kiki percaya, sebelum melihat mentari masih ada malam yang menemani. Malam memang sunyi dan gelap tapi Kiki harus ingat masih ada bulan dan bintang yang menemani,"

"Sama halnya Kiki bagai bumi yang sedang dalam fase malam, yang dimana masih ada adik, kakak cantik yang selalu nemenin Kiki Supaya bisa bertahan untuk lebih sabar lagi menunggu sang mentari muncul,"

"Bang Fajar juga." Ucap Kiki tiba-tiba

"Hahaha iya, bang Fajar juga akan menemani sampai sang bumi ini bertemu dengan sang mentari."

"Tapi, kalo mentari muncul semua hilang dong. Kiki gak mau kehilangan adik sama Abang terus kakak cantik." Kata Kiki yang sudah menghentikan tangisnya sedari tadi.

"Bukan menghilang tapi nanti kita akan saling mendekap satu sama lain jadi, Kiki maukan bersabar sebentar?"

Kiki mengangguk semangat dan menubruk dada bidang Fajar lalu memeluknya dengan erat.








Say hai duluu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Say hai duluu


Jangan lupa vote dan komen
Terimakasih









VEJARWhere stories live. Discover now