PART 17

7 3 0
                                    

Fajar memalingkan wajahnya menghadap Rian.

"Cape gak berak 3 hari."

Reflek Rian menonyor kepala Fajar dan yang ditonyor hanya tertawa ngakak. Padahal Rian sudah serius untuk mendengarkan Fajar eh malah sang empu kek tai monyet.

"Lo jadi manusia yang waras dikit lah udah serius-serius malah kek monyet." gerutu Rian

"Serius amat, iya nanti gue bawa KUA." Rian yang mendengar itu bergidig ngeri.

"Asli lo lakuin itu gue gorok." timpal Rian dengan serius.

Fajar hanya tertawa mendengar jawaban dari Rian, mana mungkin dia melakukan hal itu, bodoh sekali. Tawa Fajar pun berhenti dan ia melanjutkan melihat ke langit.

"Tapi kali ini gue serius Yan, gue cape."

"Gue rindu dia, hati gue masih setia sama dia walau dia ninggalin gue tapi gue masih setia nunggu dia."

Rian memalingkan wajahnya memandang langit sungguh kisah percintaan Fajar sangat rumit dan sampai sekarang pun dia masih bingung.

"Tapi dia udah khianatin lo Jar dan dengan gampangnya dia juga hancurin komitmen lo berdua."

Fajar menoleh ke arah Rian yang sedang melihat kearah langit.

"Lo tau bodohnya gue?"

Rian pun menatap Fajar yang sedang menatapnya sendu.

"Gue gak percaya omongannya saat itu, gue masih percaya dia gak ngelakuin hal itu atas kemauannya."

"TAPI SEMUA ADA BUKTINYA, mau ngelak gimana lagi Jar?!"

Emosi Rian sedikit tersulut ketika membahas mantan kekasih Fajar bukan apa tapi itu bentuk peduli dia kepada Fajar. Rian tidak mau kalo Fajar kembali terpuruk atau kehilangan senyum dan kebahagiannya.

Fajar menunduk dan menghela napasnya, sungguh sesak dadanya jika mengingat tentang dia yang sudah lama menjadi pemilik warna hidupnya menjadi alasannya untuk bertahan, tersenyum, dan bahagia selain dari keluarganya tapi malah dia pergi meninggalkannya.

"Maaf gue gak bermaksud." kata Rian kepada Fajar yang sedang menunduk.

Fajar mengalihkan pandangannya untuk menatap langit kembali. Sekarang Rian merasa bersalah seharusnya tadi dirinya sedikit bisa mengontrol diri ditambah sekilas melihat mata Fajar berkaca-kaca.

Fajar memejamkan matanya menikmati angin malam yang dingin menerpa wajahnya.

"Gak papa gue paham, harusnya gue yang  bilang makasih karena lo udah peduli ke gue. Jadi Rian, makasih."

Fajar menatap Rian yang sedari tadi sedang menatapnya. Rian mendengus geli jarang-jarang Fajar bersikap seperti ini.

"Apapun keputusan lo, gue bakal dukung lo selama itu baik buat lo. Gue selalu disisi lo jadi jangan ngerasa sendiri."

Rian menepuk-nepuk pundak Fajar sambil tersenyum dibalas senyuman tipis dari Fajar.

"Masuk udah malem nanti Bubu marah." Fajar menganggukan kepalanya.

"Lo duluan aja nanti gue nusul."

"Jangan lama-lama."

"iyaa, bawel lo dugong."

Rian sudah siap-siap melempar gelas ke Fajar dengan tengilnya Fajar mengucapkan kalimat keramat.

"Pecah gue aduin Bubu."

"Ck tukang ngadu." Rian pun beranjak pergi.

Tersisa Fajar dengan heningnya malam yang ditemani cahaya bulan dan gemerlapnya bintang menambah keindahan pada malam itu.

Kalo boleh jujur sebenarnya Fajar cape ingin beristirahat dari ramai dan kerasnya dunia. Kenapa dunia sebercanda ini padahal dirinya tidak tertawa.

"Disaat semua tidak lagi percaya. Disini masih ada aku, yang masih tetap percaya kalau yang kau katakan pada hari itu adalah sebuah kebohongan. Aku masih setia menunggumu disini Elara. Walau nanti pada akhirnya hanya sebuah kebodohan yang ku lakukan, aku akan tetap menunggumu. Aku harap kamu kembali." batin Fajar sambil memejamkan matanya.

Angin berhembus membawa hawa dingin yang semakin dingin. Fajar pun segera masuk ke dalam, bisa di tendang sama Rian kalau kelamaan diluar.
























Jangan lupa Vote & Komen

Terimaksih.

VEJARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang