PART 22

12 1 5
                                    

Jam istirahat kedua sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Fajar sudah bersiap-siap untuk pergi ke masjid menggunakan sendal slopnya.

"Astaghfirullah, ayoo Ren sholaat inget tuhan, Lo hidup cuman sekali."

Daren memutarkan bola matanya dan menatap jengah kearah Fajar.

"Gue Kristen goblok!"

"Astaghfirullah kamu kasar banget mas,"

Belum sempat Daren membalas Fajar sudah ada Rian yang menyincing kerah seragam Fajar dan menarik keluar kelas.

"Heh sembarangan Lo, asal narik aja dikira kucing apa gimane hah?"

"Lo banyakan ngomong ayo sholat keburu rame kantin." Kata Rian meninggalkan Fajar yang masih berdiri didepan kelas.

"Li binyikin ngiming iyi shilit kibiri rimi kintin." Ejek Fajar ketika Rian sudah beberapa langkah didepanya

"Lo budeg apa conge hah?"

Fajar yang mendengar itu gelagapan

"Ampun paduka pendekar naga sakti syangsyingsing." Kata Fajar dengan gerakan penghormatan ala kerajaan.

Dengan tengilnya Fajar berjalan dibelakang Rian seperti prajurit dari kerajaan kera sakti.

Selesai sholat dengan jurus seribu bayangan Fajar berlari hendak ke kantin meninggalkan Rian yang masih didalam masjid. Saat menuruni tangga Fajar hampir menabrak orang dan mencoba menghindar namun...

Srek

Brakk

Fajar terpeleset dan terjatuh kedepan dengan posisi lutut kaki mendarat terlebih dahulu. Siswa yang hampir ditabrak syok melihat Fajar seperti kodok.

"Bang aman bang?"

"Aduuh bantuin guee berdiri cepet."

Siswa berkacamata itu pun membantu Fajar berdiri dan meringis ngilu saat melihat celana bagian lutut yang sudah robek dua-duanya ditambah luka gores akibat jatuh dan satu lagi sandal slop yang sudah nyangkut di pergelangan kaki Fajar.

"Ini gimana nyopotnya weeh?" Kata Fajar sambil berusaha mencopot sendal slopnya dari pergelangan kakinya

"Sini bang gue bantu tarik,"

Fajar pun mengangguk dan mereka pun saling tarik menarik berusaha melepaskan sendal dari pergelangan kaki Fajar.

"Gak bisaa, udah lah nanti aja. Makasih ya btw nama Lo siapa?"

"Adi bang, itu mau mau diobatin gak bang?"

"CK luka kecil gapapa ini maah santai aja, dah sono pergi aja Lo."

Setelah Adi berpamitan untuk kembali ke kelas Fajar meringis ngilu pada kakinya.

"Ini mah bukan gak papa tapi sakit banget rasanya senod-senod anjay." Monolog Fajar.

Saat Fajar ingin melanjutkan ke kantin tiba-tiba ada tepukan tangan dibahunya.

" ASYulama suka dia, hehe Rian mau ke kantin ya silakan-silakan." Kata Fajar sambil memberikan ruang untuk Rian lewat. Rian mengerutkan alisnya atensinya terpacu ada kedua lutut Fajar.

"Lo jatuh dimana? Mana kaki Lo kek gitu coba ulang,"

"Lah kok ngulang sih."

"Soalnya gue belum ketawa bwahhahha."

Fajar mendengus kesal melihat Rian yang sedang menertawakannya. Puas kali rasa-rasanya Rian melihat dirinya terzolimiih.

"Aduuh sakit perut gue hah, makanya jadi orang tuh yang sabaran, itu lagi sendal kenapa bisa sampai situ bwahhahha."

"Puas Lo puas, ini gak bisa dicopot Yan bantuin gue."

Rian menetralkan napasnya supaya tidak terus-terusan menertawakan tingkah konyol Fajar.

"Gak bisa, ini kayanya kaki Lo harus diamputasi."

"Yan kaki gue cuma dua kalo diamputasi gak ada gantinya, masa iya sama kaki kursi ya tuntak nineng entar."

"Lo kira Dokar, ayok ke kelas gue bawa gunting sama sekalian ngobatin lutut Lo." Kata Rian

Fajar menegang saat mendengar Rian ingin mengobati lukanya.

"Emm Yan kayanya Bu Lilin juga punya gunting jadi gue pinjem sana aja." Kata Fajar sambil sedikit berlari menuju ke arah kantin meninggalkan Rian.

"Huh dasar jurik bilang aja takut."

Rian pun segera menyusul Fajar yang sudah pergi dahulu meninggalkannya.





Rian pun segera menyusul Fajar yang sudah pergi dahulu meninggalkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Posisi sandal Fajar

Ekspresi wajah Fajar pas jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ekspresi wajah Fajar pas jatuh




Jangan lupa vote dan komen

Terimakasih

VEJARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang