10. Penjelasan🏀

120 10 0
                                    

Suasana malam begitu dingin kali ini. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam. Langit yang gelap dihiasi bintang-bintang yang bertebaran menemani bulan purnama yang bersinar terang. Menebar cahaya yang berkilauan seolah memberikan kebahagiaan kepada semua orang.

Tetapi semua itu berbeda dengan suasana hati cewek yang kini tengah terduduk seorang diri di taman, menggunakan piyama bermotif bunga itu. Matanya menatap ke arah bintang-bintang seakan dia masih tidak percaya dengan kejadian di rooftop sekolah tadi siang. Sesekali dia meminum es cokelat kesukaannya. Meskipun suasana malam dingin Lea tetap suka meminumnya sebagai penenang baginya.

Dari sisi lain ada sepasang mata yang melihat Lea dari arah pintu. Siapa lagi kalau bukan Segara. Cowok itu kini tengah melihat Lea dengan posisi bersandar pada pintu yang terbuka lebar dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.

Segara dengan wajah datarnya hanya melihat Lea yang tengah duduk di taman halaman depan rumahnya. Dilihat dari segi manapun Segara harus mengakui bahwa Lea memang cantik dengan wajahnya oval, senyumnya yang manis, rambut yang panjangnya sepunggung, mata yang indah, serta body yang ideal. Tetapi minusnya memiliki sifat seperti anak kecil.

"Ngelihatin orang kaya gitu gak sopan," ucap Lea yang sebenarnya sudah menyadari kehadiran Segara sejak 30 menit lalu.

Segara tersadar dari lamunannya kemudian menghembuskan nafas panjang. Cowok dengan kaos hitam polos dan celana pendek itu berjalan perlahan menghampiri Lea.

Setelah sampai Segara tak langsung berbicara melainkan hanya diam. Cukup lama sampai akhirnya ia mencoba membuka pembicaraan.

"Diluar dingin, mending lo masuk dari pada masuk angin!"

"Enggak!"

Segara berdecak sebal. "lo itu kaya bocah banget sih!"

"Biarin," kekeh Lea dengan jutek.

Segara akhirnya mengalah lalu dia beralih duduk disamping Lea. "Oke gue cerita."

Lea menoleh ke arah Segara mencoba mendengarkan cerita dari cowok itu.

Segara menghembuskan nafas Panjang. sebenarnya dia tidak mau bercerita, namun keadaan yang memaksanya atau mungkin Lea bisa saja menceritakan semua yang dia lihat kepada Anita.

"Dulu sewaktu awal gue masuk SMA bisa dibilang gue suka ngerundung orang, hanya buat ngeluapin rasa emosi gue," Suara Segara memberat.

"Gue nggak sendiri, ada beberapa anak lain. Ya bisa dibilang mereka semua kakak kelas namanya Niko, Nathan, Dikta, sama Laskar. Sampai suatu saat gue berhenti karena sadar bahwa selama ini tindakan gue lakuin salah." Segara menjeda dan menoleh pada Lea.

"Gue hampir ngebuat mimpi orang yang gue sayang hancur."

Lea tertegun mendengar cerita itu. Sesaat dia berfikir siapa yang dimaksud oleh cowok itu?

Sedangkan Segara kini mulai merogoh sakunya dan akan menyalakan sebatang rokok, namun dia tidak menemukan korek yang seharusnya ada di sakunya.

"Nyari ini," ujar Lea sembari menyodorkan korek api di samping cowok itu.

Segara menatap Lea dengan sinis lantaran bagaimana bisa korek tersebut berada di tangannya?

Segara mengambil korek tersebut, namun tidak berhasil karena Lea kembali menyimpannya di dalam sakunya. "Enggak boleh, aku nggak suka bau rokok!"

Segara memutar kedua bola matanya malas. "Lo siapa ngelarang gue?"

"Ini gak baik buat kamu, kenapa sih kamu mencoba ngelakuin hal-hal yang gak baik," tegur Lea.

SEGARA Where stories live. Discover now