28. Dia Kembali🏀

141 10 0
                                    

Segara perlahan membuka matanya. Butuh sedikit waktu baginya untuk menormalkan indra pernglihatannya. Dia menatap langit-langit kamarnya, kemudian beralih pada posisi tegap dengan kaki yang masih berselonjor pada kasurnya.

Nuansa kamar cowok itu terlihat sederhana tapi terlihat rapi dengan warna hitam dan putih serta dua poster pemain basket favoritnya yang menempel di dinding.

Kondisi Segara terlihat masih lemas terlihat dari wajahnya yang masih pucat. Setelah tiga hari menghilang, Segara dibawa kembali kerumahnya oleh para anak Alaska. Melalui Gilang, cowok itu menghubungi anak-anak yang lain untuk datang ke pantai menggunakan mobil.

"Gue mimpi?" gumam Segara sembari memijat kepalanya yang sakit.

Matanya kini berkeliling melihat area sekitar kamarnya. Hingga perhatiannya kini terfokus pada sebuah kotak yang cukup besar berwarna coklat di meja belajarnya. Segara belum pernah melihat benda itu sebelumnya.

Ceklek.

Segara langsung menoleh saat pintu kamarnya terbuka. Anita perlahan masuk dengan senyum yang sangat lembut.

"Kamu udah bangun?" ucap Anita kemudian meletakkan segelas air putih beserta makanan di meja.

Segara tidak berkata apapun. Cowok itu tetap mendunduk. Sementara Anita kini berjalan membuka gorden jendela disebelah tempat tidur anaknya itu. Membuat sinar matahari menembus kaca jendela itu.

Segara meremas selimut yang ada di kedua kakinya. Mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Segara, minta maaf ma," ungkap Segara sembari menoleh melihat sang ibu yang masih berdiri memunggunginya.

"Untuk apa kamu minta maaf?" ucap Anita yang masih melihat ke arah luar jendela.

Segara kembali menunduk. "Segara minta maaf untuk semua yang pernah Segara lakuin Ma. Maaf selama ini gak bisa mengerti perasaan mama, maaf kalo Segara selalu nyusahin mama. Segara tahu kalo selama ini hanya bisa jadi beban mama tanpa bisa ngerti gimana perasaan mama selama ini. Segara sekarang tahu mama selama ini juga tersiksa kan dan dengan bodohnya Segara selalu mementingkan diri sendiri."

Anita tanpa diduga kini dengan cepat memeluk Segara. Wanita itu semakin mengeratkan dan sampai akhirnya dia menangis, menumpahkan semua rasa sedih bercampur dengan rasa bersalah.

"Kamu gak perlu minta maaf! Ini semua salah ayah sama mama yang gak bisa ngerti kamu," kata Anita.

Segara turut meneteskan air mata. Seharusnya dia tidak terbawa oleh emosinya hingga kini membuat sang ibu menangis.

Anita melepaskan pelukannya dan menatap wajah Segara. Wanita itu tersenyum tulus sembari menghapus air mata anaknya. "Segara... Kamu bukan beban bagi mama. Justru kamu adalah hal terindah yang pernah hadir di hidup mama."

Ucapan itu semakin membuat Segara larut dalam tangisnya. Cairan bening semakin keluar dengan deras membasahi pipinya.

"Udah kamu jangan nangis nanti jelek lo!" ucap Anita lalu mencium kening Segara. "Oh iya mama ada sesuatu buat kamu."

Anita kini berjalan mengambil kotak berwarna coklat yang berada dimeja Segara. Wanita itu membukanya yang ternyata isinya adalah sebuah sepatu basket.

"Kok mama bisa-"

Belum sempat Segara menyelesaikan ucapannya Anita terlebih dahulu berbicara.

"Mama udah tahu dari lama kalau sepatu kamu rusak jadi di hari itu juga mama langsung beli tapi mama belum sempat buat kasih ke kamu. Kamu terima ya!"

"Tapi ma sepatu yang lama masih bisa dijahit. Sepatu itu banyak kenangannya."

Anita menghela nafas sembari tersenyum lembut. "Sudah saatnya buat cerita yang baru, biarkan sepatu yang lama itu jadi kenangan yang hanya bisa di dingat. Sekarang pakai sepatu ini dan buat kenangan yang baru. Mama harap ketika kamu bertanding memakai sepatu ini kamu selalu ingat mama."

SEGARA حيث تعيش القصص. اكتشف الآن