26. Rencana🏀

132 10 0
                                    

Bella menatap satu persatu anak Alaska. Saat bel istirahat berbunyi mereka semua ditambah Ganendra langsung berkumpul di rooftop sekolah, atas perintah dari Bella. Disinilah mereka semua akan berbicara tentang cara meyakinkan pihak sekolah bahwa Segara tidak sepenuhnya bersalah.

"Jadi gimana?" tanya Gilang sembari memasukkan kedua tangannya ke saku.

"Kita harus kumpulin semua orang yang pernah Segara tolongin waktu dibully," jelas Bella. Cewek itu tengah bersandar pada pagar penghalang rooftop itu.

"Buat apaan?" tanya Surya dengan wajah yang polos.

"Buat nyangkul! ya buat ngeyakinin guru BK lah, agar nyabut skors sama surat peringatannya Segara." Drian mengusap wajah Surya kesal.

"Lo belum cebok ya? bau banget tuh tangan." Surya mendengus kesal.

Drian mencium tangan kirinya sendiri. Ekspresinya langsung berubah. "Ya sorry tadi sabunnya tinggal dikit."

"ANJINGG!! WAJAH GANTENG GUE TERNODAI. GUE HARUS MANDI KEMBANG TUJUH RUPA KALO GINI!" bentak Surya dengan histeris. Seperti baru terkena najis. Ia mengusap wajahnya dengan dasi lalu berlari kesana-kemari mencari air untuk membersihkan wajahnya.

Ganendra tanpa memperdulikan Drian dan Surya, setuju dengan cara Bella, namun ia merasa ada sedikit kekurangan. "Emang ada yang tau siapa aja yang udah Segara tolongin?"

"Nah..... Itu masalahnya gue gak tau," Bella menggaruk pelipisnya bingung. "Makanya gue kumpulin kalian semua barang kali ada yang tau."

Ganendra tertawa kecil dengan menoleh ke arah lain, ketika ia mengetahui bahwa Bella cukup lucu baginya.

Gilang mengehala nafas panjang. "Gue tau kok, rata-rata yang dibully sama tiga orang itu anak kelas 11 atau enggak 10."

"Siapa aja?" tanya Ren menaikkan satu alisnya.

"Yang kelas sebelas ada; Arlan sama Dinda. Yang kelas sepuluh ada; Kathrin, Robert, sama yang kemarin gue gak tau namanya."

"Namanya Alan, kelasnya disamping kelas gue," ujar Sam menceritakan semua yang ia tahu.

"Jadi ada enam orang. Oke kita bagi tugas. Gue, Bella, sama Sam bakalan ke kelas sepuluh. Dan sisanya ke kelas sebelas," kata Ganendra yang langsung disetujui oleh semua orang yang ada disana.

Setelah itu mereka semua pergi mencari para anak yang disebutkan tadi.

"Lang?" Ren menepuk pundak Gilang yang berjalan didepannya. Membuat cowok itu berbalik "Menurut lo Lea harus ikut sekalian gak?"

"Nanti gue ajak sekalian dia."

.............

Lea menoleh kesana kemari melihat ruangan yang baru pertama kali ia datangi seumur hidupnya. Ruangan tersebut adalah ruang BK.

Bagi Lea ruang tersebut adalah tempat yang paling ia waspadai selama masa sekolah karena merupakan tempat di sidangnya para anak-anak nakal.

Lea tidak sendiri cewek itu bersama Dinda dan Gilang. Sedangkan Arlan? Ketika ke kelas cowok itu, ternyata ia tidak masuk hari ini karena sakit.

"Lo takut?" tanya Gilang setelah melihat wajah Lea yang terlihat ketakutan.

Lea menoleh dengan mata yang membulat sekaligus menggigit bibir bawahnya. "En-enggak kok."

"Dari muka lo aja udah kelihatan," Gilang tersenyum tipis sebenarnya cowok itu tahu kalau Lea sedang menahan rasa takutnya. "Pertama kali ke ruang bk ya?"

Lea mengangguk sebagai jawaban. "Kamu udah pernah masuk ke sini?"

"Ini yang ke dua," jawab Gilang dengan santai. "Din, nanti gue harap lo bisa cerita semua yang lo tau tentang Segara sama tiga orang itu."

SEGARA Where stories live. Discover now