53. Takdir🏀

75 7 0
                                    

Kuarter ketiga tersisa enam manit. Akibat Segara yang tidak sadarkan diri, SMA Angkasa harus melanjutkan pertandingan tanpa adanya sang kapten. Samudra kini masuk menggantikan posisi Segara dan Ganendra mengambil alih menjadi kapten untuk sementara, karena hanya cowok itu yang paling berpengalaman dibandingkan dengan yang lain.

Dengan selisih skor yang semakin membesar, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menyusul. Disisi lain para pemain SMA Andromeda sama sekali tidak peduli terhadap kejadian tadi, bahkan mereka bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Waktu terus berjalan sekuat apapun SMA Angkasa mencetak angka, SMA Andromeda akan membalasnya, bahkan lebih. Tidak dampak dipungkiri akan sangat berbeda jika Segara tidak bermain di lapangan.

Semua daya serang dan pertahanan SMA Angkasa telah dipatahkan.
Para penonton yang awalnya meriah kini berubah menjadi sunyi. Seperti sebuah harapan yang sudah terpatahkan. Semua orang menjadi pasrah. Apakah ini yang di namakan akhir dari perjuangan? Apakah sudah saatnya menyerah?

…………

Di ruangan rawat stadion, Segara kini tengah berbaring dengan perban putih yang melingkar di dahinya. Dia masih belum sadar dari pingsannya.

"Kamu bangun dong! jangan tutup mata terus!" kata Lea sendu, cewek itu tengah duduk sambil memandangi wajah Segara.

Tangan Lea bergerak menggenggam tangan kanan Segara, dengan harapan untuk cepat sadar. Dia tidak ingin hal buruk menimpa kekasihnya. Sedari tadi Lea memandangi wajah Segara yang tampak sedikit pucat.

"Garaa……" air matanya menetes. "Bangun!" lirihnya.

Detik selanjutnya, mata Segara perlahan mulai terbuka. Dengan rasa sakit yang masih terasa dikepala Segara menoleh ke samping. "Lea?"

"Garaa…." Lea spontan menegakkan tubuhnya sambil menatap Segara dengan senang sekaligus tak percaya. "Kamu-"

"Akh." Segara langsung menegakkan tubuhnya sambil memegang kepalanya yang masih terasa nyeri. "Gimana pertandingannya?"

Mendengar perkataan Segara, membuat Lea memasang raut wajah tidak percaya. Lantaran di kondisi seperti ini cowok itu masih memikirkan timnya.

Tak mau membantah, Lea langsung mengambil ponselnya dan menunjukkan siaran langsung pertandingan saat ini.

Segara dengan cepat mengambil ponsel itu. Detik selanjutnya ia membulatkan matanya. SMA Angkasa seolah ditaklukan, perbedaan skor semakin jauh.

Segara berdecak kesal. "Gue bakal main!" lalu melompat dari brankar.

Baru saja berdiri, Segara kehilangan tenaganya dan langsung berlutut. Lea yang melihat itu langsung dengan cepat membantu cowok itu untuk duduk kembali.

"Enggak, kamu nggak boleh main!" perintah Lea dengan sorot mata yang khawatir.

"Biarin gue main! gue nggak mau lihat mereka di habisin sama Laskar," balas Segara.

"Kenapa sih kamu batu banget?! gimana kalo kamu yang di apa-apa in sama dia nanti?"

Segara menggeleng. "Gue nggak bisa diem aja selagi mereka berjuang."

Segara lalu berdiri namun, saat akan melangkah tangannya kembali dicekal oleh Lea. "Tolong kali ini kamu dengerin aku Segara!"

Kemudian Lea dengan usaha yang keras memaksa Segara untuk duduk. Meskipun berhasil, tetap saja cowok itu tak henti-hentinya berdebat. Menjabat sebagai kapten sekaligus pemain adalan menjadi tanggung jawab tersendiri untuk membela tim sampai akhir.

"Lo nggak ngerti Lea," kata Segara dengan nada yang tinggi.

"Aku emang nggak ngerti tapi aku berusaha. Jangan biarin diri kamu terluka buat kemenangan!" ucap Lea dengan serak. Ia benar-benar memohon agar Segara tidak berbuat ceroboh.

SEGARA Where stories live. Discover now