42. Dunk🏀

96 9 0
                                    

Gilang melompat dengan napas yang terengah-engah. Kedua lututnya sudah mulai sakit lantaran latihan yang benar-benar menguras tenaganya. Ditambah dengan sinar matahari yang mulai memanas. Apalagi ini lompat katak, latihan yang paling dibenci oleh cowok bertubuh besar itu.

"Lang cepetan dikit! badan doang gede," ledek Ren yang berada di belakang Gilang.

Gilang berdecak kesal lalu berbalik. "Berisik! lo sendiri masih dibelakang gue anjir."

"Gue di belakang, karena lo yang lambat babi!" kesal Ren.

"Udah, jangan ngeluh. Kaya gue nih semangat latihannya," kata Drian sambil tersenyum sombong.

"LO CURANG ANJING! GUE LIHAT TADI CURI-CURI KESEMPATAN," bentak Gilang.

Sam yang berada dibelakang kini melompat-lompat menyusul yang lainnya. "Kapten gimana? Kemarin enggak ikut latihan apa dia baik-baik aja?"

Gilang menoleh. "Halah, lo santai aja dia pasti bakal balik."

"Yakin banget lo?" tanya Ren menaikkan satu alisnya.

Drian duduk sambil meluruskan kakinya. "Setelah lihat cara bermain dia kemarin, gue khawatir kalo dia bakal jadi kaya setahun yang lalu."

Sontak semua mata langsung mengarah pada Drian. Awalnya mereka semua tidak ada yang berfikir sejauh itu. Tapi setelah mendengar Drian, ekspresi wajah mereka berubah seketika.

"Jujur gue enggak berfikir sejauh itu sih," ungkap Gilang sambil mendongak ke langit. "Tapi gue percaya sama dia."

Pritttttt

Pritttttt

Mendengar bunyi peluit dua kali para anak basket langsung berlari menuju sang pelatih.

Sekedar informasi kalau mendengar bunyi peluit dua kali, semua harus cepat berkumpul dalam waktu lima detik, bagi yang terlambat akan mendapat hukuman push up sepuluh kali. Ini dilakukan sebagai melatih kedisiplinan mereka.

Semua anak basket kini sudah berkumpul menjadi satu barisan. Bukan hanya itu semua mata kini mengarah pada dua orang yang berada di depan mereka, yaitu Segara dan Coach Dean. Tatapan penuh tanya begitu terukir di wajah mereka.

"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul langsung ke intinya saja. Ada yang ingin kapten kalian sampaikan," ungkap Coach Dean mempersilahkan pada Segara mengungkapkan semuanya.

"Terima kasih coach atas waktunya," kata Segara yang mendapat anggukan dari Coach Dean.

Segara membungkukkan tubuhnya dalam. "Gue minta maaf atas permainan tempo hari yang lalu, yang hampir membuat kita kalah. Sikap gue sudah egois dengan membuang kepercayaan tim dan bermain sendiri."

Melihat Segara meminta maaf membuat mereka terkejut. Bagi Sebagian orang hal ini merupakan hal yang jarang sekali di lihat.

"Mohon pinjamkan kekuatan kalian sekali lagi, agar bisa memenangkan pertandingan ini." Segara menegakkan tubuhnya. "Sekali lagi gue minta maaf, udah enggak berperilaku seperti pemimpin kalian."

"Udah Ra, capek gue denger lo minta maaf terus," celetuk Ganendra mengulas senyum yang bersahabat sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Iya Ra. Salah bukan hal yang memalukan yang memalukan kalo enggak mencoba memperbaiki kesalahan itu," kata Drian memberikan motivasi.

"Gue masih percaya sama lo kapten," ujar Sam.

"Iya Ra."

"Gue setuju."

"Ayo kita masih bisa."

Kata anak basket yang lain. Mereka semua masih menaruh rasa kepercayaan terhadap sang kapten.

SEGARA Where stories live. Discover now