19. Siapa dia?🏀

148 10 0
                                    

Segara dan Lea kini tengah berada di sebuah mall. Sepulang sekolah cowok itu mengajak Lea untuk membeli sepatu basket yang baru. Sebenarnya Gilang tadi mengajak Segara untuk ke basecamp namun, dia menolak lantaran belum membeli sepatu basket semenjak kejadian beberapa hari yang lalu.

"Mau beli yang mana?" tanya Lea yang tengah duduk menunggu Segara yang melihat-lihat sepatu.

"Pertanyaan lo udah kaya pelayan toko," ujar Segara tanpa melihat ke Lea. Matanya tetap melihat ke rak yang berisi banyak sepatu basket yang tersusun rapi.

Lea mengembungkan pipinya kesal lantaran sudah menunggu selama empat puluh lima menit. Ternyata cowok juga bisa lama dalam hal berbelanja. Kemudian Lea membuka tasnya, mengambil ponselnya. Lalu mengusap layar ponsel tersebut dengan jempolnya mencari kamera.

Cewek itu berkaca terlebih dahulu pada kameranya, sebelum melakukan foto selfie. Terlihat Lea sangat cantik di foto tersebut dengan senyumnya.

"Ayo balik!"

Karena tidak sadar dengan kedatangan Segara membuat Lea terkejut dan sedikit melompat dari tempat duduknya.

Tak langsung menjawab cewek itu melihat ke kedua tangan orang didepannya, yang tidak membawa apapun. "Gak jadi beli?"

"Gue kurang suka sama model-model nya." Segara menarik turunkan bahunya.

Sebagai informasi Segara merupakan orang yang suka memakai benda yang memiliki model yang sama.

"Hah?" Lea mengerutkan dahinya bingung. "Boleh tanya sesuatu gak?"

Segara menghela nafas dan duduk disamping cewek itu. "Apaan?"/"

"Aku suka heran kenapa pemain basket kadang beli sepatunya mahal banget, padahal yang buat main basket itu tangannya bukan kakinya?"

"Karena sepatu basket standarnya emang dibuat dengan desain high ankle, buat ngelindungin pergelangan kaki waktu lompat,berkelit, atau lari," jelas Segara.

"Jadi itu alasan kalian marah banget waktu sepatunya dirusak?" tanya Lea kembali.

Segara berdecak sebenarnya cowok itu malas menjawab, namun dari pada Lea terus bertanya, Segara memutuskan untuk menjawabnya.

Cowok itu kemudian mengambil sepatu secara asal yang ada di salah satu rak.

"Gue gak tau pasti, tapi kadang sepatu itu lebih berharga dibandingkan sebuah piala. Karena-" Segara menggantung ucapannya dan menunjukkan sepatu yang dia ambil pada Lea.

"Nih sepatu banyak banget kenangannya. kaya Gilang wajar dia marah karena itu sepatu pemberian kakeknya yang udah meninggal, sepatu Surya yang di beli harus nabung sebulan buat beli," lanjutnya

Lea takjub akan penjelasan Segara. Ternyata selain suka marah Segara juga mengerti arti sebuah benda. Lea membuat senyum manis diwajahnya, dia merasa senang sudah mengenal Segara lebih jauh.

"Kalo sepatu kamu?"

Segara menoleh. Memutar bola matanya, bingung.

"Gak ada."

..........

Hari sudah semakin malam, kedua remaja itu memutuskan untuk pulang. Tak ada perbincangan penting di antara keduanya hanya Lea yang kadang membuka topik pembicaraan, namun selalu dijawab singkat oleh Segara yang membuat Lea kesal dan akhirnya memilih untuk diam.

Jalan raya tampak tak begitu ramai hari itu. Segara merasa ada yang aneh sejak keluar dari mall tadi. Secara refleks cowok itu memperhatikan keadaan belakang melalui spion.

Mata Segara perlahan membulat melihat ada motor yang sangat familiar sedang membuntutinya dari belakang.

Dengan gerakan cepat, cowok itu menarik tangan Lea yang berada di pinggangnya dan beralih memeluk erat tubuhnya.

SEGARA Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt